Kan ku ceritakan padamu
Bagaimana hidupku tanpamuKangennya masih ada disetiap waktu
Kadang aku menangis bila aku perlu
Tapi aku sekarang sudah lebih lucu
Jadilah menyenangkan seperti katamuJalani hidup dengan penuh suka cita
Dan percaya kau ada dihatiku selamanya
.
.
Sal Priadi - Gala Bunga Matahari
.
.
.
.
.
.Menolak tawaran Gandhi untuk mengantar kami pulang ke Bandung sama sekali bukan hal yang sulit bagiku. Seharusnya. Jika dia tidak membawa anak-anak atau bahkan Yudhis. Aku tidak tahu apakah sifat manipulatif adalah kompetensi seorang dokter anak? Jangan salah paham. Karena itulah yang sering aku rasakan saat menghadapi Papi, dan sekarang saat bertemu Gandhi.
Tidak salah kan kalau aku bilang bahwa Papi selalu menjadikan Mami sebagai tameng untuk setiap keinginannya? Yah, mungkin pada beberapa hal, permintaan Papi memang yang terbaik untuk Mami. Tapi kadang, mengada-ada. Kenyataannya, yang diminta Papi memang murni keinginan Papi sebagai ayah yang ingin melindungi putrinya. Tidak seharusnya Papi menggunakan Mami sebagai senjata, kan?
Dan Gandhi, yang dilakukannya dengan melakukan panggilan video pada anak-anak hanya untuk mendapatkan persetujuanku, tidak ada bedanya dengan Papi. Dia tahu persis bahwa tidak ada yang bisa menolak mereka. Apalagi dengan memanfaatkan kenangan Yudhis. Terdengar jahat? Aku tidak tahu. Yang pasti aku memang tidak tega meredupkan binar di mata anak-anak ketika tahu teman Papanya akan mengantar kami pulang seperti yang pernah dilakukan Papanya pada Gandhi.
Konyolnya, hanya dalam waktu setengah jam saja anak-anak sudah tertidur dan menyisakan kecanggungan antara aku dan Gandhi. Sedang perjalanan kami masih sekitar 2 jam lagi. Tahu begini, aku akan sekuat tenaga membujuk anak-anak tadi. Karena sekarang, selain bingung harus bicara apa, aku juga memikirkan bagaimana menghadapi keluargaku di rumah saat tahu aku diantar Gandhi.
Lima tahun tanpa Yudhis, membuatku sangat ahli membatasi interaksi dengan lawan jenis. Mami memang sempat memperingatkan soal itu setelah kesedihanku mereda, tapi aku tidak menyangka status baruku sebagai 'janda' menjadikan orang lain begitu sensitif padaku.
Aku cukup kaget ketika obrolan ringanku dengan lawan jenis setelah kelas, bisa berbuntut panjang. Aku merasa para lelaki bisa lebih agresif mendekati dalam lima tahun ini dibanding ketika aku masih remaja dulu. Begitu juga cara pandang perempuan, jauh lebih agresif dalam berprasangka padaku. Aku bahkan pernah mendatangi pacar Dhana, yang sekarang menjadi istrinya, demi menghindari salah paham hanya karena gosip yang berkembang di rumah sakit. Penyebabnya sepele, Dhana menyapa aku dan anak-anak yang kebetulan sedang berkunjung untuk vaksinasi. Perkara kami bicara singkat dengan Dhana yang memeluk Danta kemudian menggendong Divya, berkembang liar menjadi prasangka bahwa Dhana cocok menjadi ayah anak-anak.
Sesulit itu hidup sebagai 'janda'.
Karenanya aku mulai benar-benar membatasi diri. Aku takut sekali terlihat berinteraksi hanya berdua dengan lelaki. Aku tahu, itu bukan salahku. Aku tidak bisa mengontrol pikiran banyak orang, termasuk mulut mereka. Namun aku tidak ingin membuat keluarga kami khawatir dengan berita yang beredar. Aku tidak ingin nama baik Yudhis terusik karena tingkah laku istrinya. Aku punya keluarga Yudhis yang harus dijaga hatinya, karena anak Mama dan Papa tinggal aku. Dan datang bersama Gandhi, sudah pasti akan menimbulkan banyak tanya bagi mereka, atau bahkan orang lain yang melihatnya.
"Dhi, aku lupa nanya, kamu rencananya lama di Bandung? Bukan apa-apa, aku cuma merasa bertanggung jawab aja. Kamu ke Bandung kan karena nganterin kami." ujarku setelah beberapa saat hanya ada keheningan di antara kami.
Gandhi nampak tersenyum lebar. Aku baru sadar, dibanding terakhir aku mengenalnya, Gandhi nampak lebih-- ekspresif? Mungkin pengaruh berinteraksi dengan anak-anak membuatnya seperti itu. Akupun merasa semakin banyak bicara jika sudah berhadapan dengan Divya dan Danta.
![](https://img.wattpad.com/cover/357915962-288-k8905.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DD/
ChickLitDD/ alias Diagnosis Banding, merupakan daftar kemungkinan kondisi yang memiliki gejala yang sama. *** Lima tahun menjalani hubungan yang manis, Diandra Alana Radinka selalu yakin bahwa Gandhi Wicaksana adalah lelaki yang diciptakan untuknya. Namun...