Dialog dini hari
Kepada diriku sendiri
Tak bisa ku tertidur lagi
Melayang pikirku tak pastiDialog dini hari
Resah gelisah mengiringi
Berharap ada yang mengerti
Berharap kau ada di sini
.
.
Yura Yunita - Tenang
.
.
.
.
.
.
.Tanganku hanya mampu mengaduk isi piring yang sejak tadi ada di hadapanku. Suapan yang sudah berhasil masuk ke mulut pun butuh waktu lama sekali untukku menelannya. Padahal, terakhir kali aku makan adalah malam tadi, bersama dengan Yudhis sebelum dia mulai berpuasa untuk persiapan operasi. Dan hingga selesai mengantar Yudhis ke ruang operasi pagi tadi, aku masih belum merasa lapar.
"Didi, mau Mama pesankan makanan yang lain?" tanya Mama sembari menatap prihatin piringku.
Menunggu operasi Yudhis yang diperkirakan memakan waktu berjam-jam, kami menunggu di ruangan khusus keluarga Pramana, tidak jauh dari O.K. Hanya ada aku bersama Mami dan Mama di sini. Sedang Papi mengajak Papa menunggu di kantor sembari menyelesaikan pekerjaan, demi menyibukkan diri.
"Nggak usah, Ma." Aku tidak ingin menambah kerepotan Bu Ami yang sejak kemarin menyiapkan keperluan kami semua di sini.
Terasa usapan pelan di punggungku. Dan ketika menoleh, aku mendapati senyum maklum dari Mami yang duduk di sampingku. Aku tahu Mami paham yang aku rasakan. Di saat menegangkan seperti ini, rasanya lidahku tidak mampu merasa. Semuanya terasa hambar hingga perutku yang kosong pun tidak mampu membuat nafsu makanku muncul.
Meski sudah menyiapkan diri dengan menghabiskan banyak waktu untuk saling menguatkan bersama Yudhis juga orang tua kami, nyatanya begitu Yudhis melepas genggaman tangan kami di depan ruang operasi, gelisahku menetap. Rasanya separuh jiwaku terbawa Yudhis di dalam sana. Aku terbayang sayatan-sayatan yang dialaminya, meski operasi yang dijalaninya termasuk operasi dengan sayatan minimal.
Ditengah suasana sendu di antara kami, ketukan di pintu menarik perhatian. Dan mataku membulat kaget mendapati Milly dan Grace melongok di sana. Bukan apa-apa, sesuai permintaan Yudhis, kami benar-benar membatasi informasi soal kondisi Yudhis, begitu juga dengan rencana operasi hari ini. Termasuk pada dua sahabat kami ini.
"Masuk, Nak. Kami lagi nemenin Didi ini, baru sarapan." Mami menyambut keduanya yang langsung menyalami orang tuaku dan Yudhis.
Aku bisa melihat kebingungan di wajah Milly dan Grace begitu selesai menyapa kami. Hingga Mami dan Mama berinisiatif meninggalkan kami bertiga untuk bicara dengan pamit ke ruang kerjanya. Setelahnya, Milly dan Grace menuntut penjelasan.
"Yudhisnya mana, Di? Sakit apa sih dia?" Milly bersuara lebih dulu. Membuatku tahu kalau mereka masih tidak mengetahui soal penyakit Yudhis.
"Kalian tau dari mana Yudhis sakit?" tanyaku.
"Dhana tiba-tiba telfon Grace, yaa sekitar satu jam lalu kayaknya. Katanya Yudhis minta tolong buat nemenin Didi selama dia sakit. Si Grace iya-iya aja, nggak nanyain lagi sakit apa. Jadi bingung sendiri pas datang ke sini."
Satu jam lalu, artinya tepat setelah Yudhis masuk kamar operasi. Aku melirik Grace yang hanya diam saja mendengar cerita Milly. Paham sekali kenapa Dhana menghubungi Grace, bukan Milly. Karena Grace tidak akan banyak bertanya di saat-saat yang dirasa penting.
"Yudhis di O.K. Lagi dioperasi sama Prof Brama." ucapku.
"Hah? Dioperasi? Kenapa dia, Di?"
Menarik nafas dalam, aku akhirnya menceritakan yang terjadi pada keluarga kami. Sudah bisa diduga, bukan hanya Milly yang begitu terkejut, tapi Grace yang biasanya bisa menahan diri juga ikut bereaksi. Dia segera memelukku sedang Milly sudah lebih dulu menangis di kursinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/357915962-288-k8905.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DD/
ChickLitDD/ alias Diagnosis Banding, merupakan daftar kemungkinan kondisi yang memiliki gejala yang sama. *** Lima tahun menjalani hubungan yang manis, Diandra Alana Radinka selalu yakin bahwa Gandhi Wicaksana adalah lelaki yang diciptakan untuknya. Namun...