Winda yang tengah cemas sedikit terkejut saat tiba-tiba suaminya datang dengan putranya di dalam gendongannya...."Jion sayang" Winda segera menghampiri suaminya untuk melihat keadaan putranya...
"Apa yang terjadi?" Winda menatap cemas suaminya apalagi melihat ada bercak darah di seragam yang di pakai oleh putra bungsunya itu....
"Aku tidak tau, lebih baik sekarang siapkan air hangat dan tolong ganti pakaian putra kita biar aku yang menghubungi Stevan" Cakra meletakkan dengan hati hati putranya yang sudah pingsan sejak di perjalanan membuat Cakra semakin takut, mau dibawa rumah sakit takut nanti ada kejadian yang tidak di inginkan terjadi....
Winda membuka satu persatu kancing baju putranya setelah tadi meminta air hangat pada pelayan...
Dirinya bersyukur setidaknya tidak ada luka satupun di tubuh putranya....
Di tempat terbengkalai itu Jevan dan Jevin masih terdiam sembari menelisik setiap bagian tubuh dari mayat itu....
"Lambang pedang" Jevin menatap saudaranya yang berdiri di belakangnya seraya menunjukkan sesuatu yang dirinya lihat di tengkuk leher pria itu....
"Aku baru mengetahui lambang ini, sepertinya dia bukan orang biasa, tapi bagaimana mungkin Jion bisa melakukannya, ahh tidak maksud ku kalaupun bukan Jion lantas orang gila mana yang membunuh dirinya sendiri di depan anak kecil sangat mustahil" jevin berdiri membersihkan tangannya yang terkena darah pria itu...
"Tapi aku lebih memilih opsi yang pertama, tidak ada yang tidak mungkin bukan? Secara Jion masih sedikit takut dengan darah dan lihat seragamnya yang terdapat bercak darah" ujar Jevan membuat Jevin kembali setuju, tidak ada yang tidak mungkin....
"Bukankah perilaku Jion sedikit aneh belakangan ini, dari sejak dia yang berada di arena saat kita tawuran lalu cara dia memegang pistol juga jangan lupakan Jion yang tiba-tiba tidak mentukai sayur saat sarapan dan tiba-tiba tidak mengingat kejadian malam itu, dan sekarang, bagaimana caranya Jion mengetahui tempat ini" gumam Jevin....
"Ya kau benar, lalu kita apakan mayat pria ini, semua barangnya sudah kita amankan bukan?" Jevan kembali menatap Jevin yang menyeringai menatapnya....
"Bawa ke markas Phoenix, di sana kita akan menelitinya nanti" ujarnya kemudian menyuruh beberapa bodyguard untuk melakukan tugas itu...
"Mau ke markas atau pulang?" Jevan melirik kembarannya yang sudah berjalan lebih dulu melewatinya...
"Pulang saja, kita lihat keadaan Jion"
Mereka masih berharap cemas melihat bagaimana Steven yang sedang memeriksa kondisi putra bungsunya itu...
Jion sudah sadar tepat setelah Winda mengganti pakaiannya, namun anak itu sedari tadi hanya terdiam, bahkan saat Winda maupun Cakra bertanya padanya Jion hanya akan diam dengan pandangan kosong....
Sekarang Steven sedang melihat kondisi Jion, bahkan ketika steven memasang jarum infus di tangan remaja itu, Jion hanya terdiam tanpa ekspresi sedikitpun....
"Bisakah kalian keluar, aku rasa Jion ingin sendiri sekarang" ujar Steven walaupun tau mereka berdua pasti menolak...
"Stev" Winda menatap keponakannya itu dengan sendu...
"Aku ingin melihat lebih jauh, kalian tenang saja" Steven berusaha meyakinkan Winda dan Cakra hingga mereka benar-benar keluar....
"Jion tidak ingin bicara dengan Abang" Steven mengusap pelan rambut adiknya itu walaupun cuma sepupu....
Namun bukannya menjawab Jion justru membalikkan tubuhnya menghindari tatapan mata dari Steven dan membungkus tubuhnya dengan selimut..."Abang akan menunggu di sini sampai Jion mau bicara atau perlukah abang menyingkirkan dia"
Berhasil Jion langsung membalikkan tubuhnya menghadap tepat pada Steven yang kini justru tersenyum ke arahnya....
Jevan dan Jevin baru saja memasuki rumah mereka dan sedikit heran menatap mommy dan daddynya yang justru berada di ruang keluarga....
"Bagaimana boy" Cakra menatap kedua putranya...
"Ada di markas utama, kita akan menyelidiki nya nanti, tapi kenapa mommy dan daddy ada di sini, bukankah seharusnya kalian seharusnya berada di kamar Jion?" Jevin menoleh menatap secara bergantian mereka semua....
"Ada Steven di dalam, dan entah apa yang ingin abang kalian itu lakukan hingga meminta kami untuk keluar" ujar Cakra, mau meminta penjelasan dari Winda pun percuma, istrinya itu masih cemas sekarang...
"Apakah parah dad?" Jevan mulai mendudukkan dirinya di dekat Cakra yang hanya menggelengkan kepalanya lemah....
"Daddy tidak tau tapi yang jelas ada sesuatu yang janggal dengan adik kalian dan daddy harap itu bukan sesuatu yang berbahaya" jelasnya membuat mereka berdua mengerti....
"Apakah mungkin Jion memiliki sisi lain, seperti kepribadian ganda atau alter ego" ujar Jevin...
"Kita tidak ada yang tau Jevin, sekarang kita hanya harus menunggu abang kalian selesai memeriksa adik kalian, kalau kalian mau melihat, pergi saja mungkin Steven akan mengijinkan kalian masuk" ujarnya namun sepertinya kedua putranya tidak tertarik...
"Nanti saja, biarkan bang stev menyelesaikan tugasnya, kalau kita ganggu entar kita yang kena imbasnya" Jevin memejamkan matanya menyadar pada kusri seraya menunggu orang yang berada di dalam kamar adiknya itu keluar....
Ayo jangan lupa vote sama komen oke.....
..