Setelah keluar ia menemukan Eca yang sedang berdiri di pinggir jalan, sepertinya Eca sedang menunggu kendaraan.
Dengan gerakan cepat Alfa lngsung menarik tangan Eca, saat wanita itu akan menaiki angkutan umum yang sudah berhenti di depannya.
"Lepasin saya tuan Alfa"
"Kenapa kamu menghindari saya?"
"Saya tidak menghindari anda, saya memang sudah selesai bekerja" elak Eca.
"Saya sudah menanyakan kepada pelayan yang lain tentang kamu, dan dia mengatakan, jika kamu ijin untuk pulang terlebih dahulu, apa kamu memang benar benar sedang tidak enak badan, atau kamu memang ingin menghindari saya?"
"Saya tidak berbohong, dan saat ini saya ingin segera pulang untuk beristirahat, jadi saya permisi dulu" pamit Eca lalu menarik tangannya yang masih ada di genggaman Alfa.
"Mau saya antar, wajahmu benar benar sangat pucat" tawar Alfa.
Alfa merasa hawatir melihat keadaan Eca saat ini, wanita itu terlihat semakin kurus, dengan kantung matanya yang terlihat jelas, serta wajahnya yang terlihat pucat.
"Tidak perlu tuan, saya baik baik saja, permisi"
Saat Eca akan beranjak, Alfa langsung memeluknya, ia memutuskan untuk menurunkan egonya saat ini, karena ia melihat wajah Eca semakin memucat, membuatnya benar benar hawatir dengan keadaan Eca.
Eca langsung berontak di dalam pelukan Alfa, namun Alfa malah semakin mengeratkan pelukannya.
Tak lama tubuh Eca semakin melemas, bahkan ia langsung tumbang di dalam pelukan Alfa, membuat Alfa dilanda rasa cemas dan hawatir.
***
"Hei kamu kenapa sebenarnya, ada apa dengan dirimu saat ini?" gumam Alfa sambil memegang tangan Eca yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Saat Alfa mendapti Eca pingsan, ia langsung membawanya menuju rumah sakit.
Dan sudah hampir satu jam ia menunggu Eca yang belum membuka matanya.
"Engghhh" lenguh Eca.
Melihat Eca sudah tersadar, Alfa langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya saat ini.
"bagaimana dengan keadaannya dok" seru Alfa, yang terlihat jelas raut hawatir di wajahnya.
"Ibu Eca baik baik saja, ia hanya kecapean saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan, dan saya sarankan agar sementara waktu istri anda tidak melakukan pekerjaan yang membuatnya kelelahan dahulu, karena kandungannya yang lemah" ucap dokter yang menangani Eca.
Mendengar penuturan dokter, Alfa di buat menegang.
Eca sedang hamil, apa Eca sudah menikah dan siapa suaminya, apa ia memang sudah benar benar terlambat, apa sudah tidak ada lagi kesempatan untuknya memperbaiki semuanya.
Alfa bertanya tanya dalam benaknya, hingga lamunannnya buyar saat mendengar suara di depannya.
"Maaf pak, bisa kita bicara sebentar" ucap sisil, dokter yang menangani Eca.
"Tentu dok"
"Mari"
Alfa pun mengikuti dokter yang sudah berjalan di depannya, ia melihat Eca sekilas lalu kembali berjalan keluar dari ruangan tempat Eca di rawat.
Kini tinggallah Eca sendiri di dalam kamar, Eca yang masih sangat lemas, bahkan hanya untuk bicara saja dirinya merasa sulit, sehingga ia tidak bisa menjelaskan jika Alfa bukan suaminya.
"Aduh ini gimana, apa dia bakal tau kalo ini anaknya, terus kalo iya, apa dia mau menerimanya atau bahkan dia tidak akan mengakuinya, hahh jangan berharap lagi Ca, dia udah bahagia sama istrinya, jadi mana mungkin dia mau nerima anak yang ada di perut gue" batin Eca.
Eca terus menghela nafsnya, ia merasa bodoh karena berharap Alfa mau menerima bayinya, namun jangankan menerima, bahkan untuk melihat dirinya saja mungkin Alfa malas, fikir Eca.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY [END] 🔞✔
RomanceAlfa mengira semuanya hanya permainan semata, namun lama kelamaan rasa yang tak seharusnya ada, kini malah mampir dan menetap di hatinya. Cerita Dewasa 🔞 Tidak ada yang baik dalam cerita ini, jadi bijaklah dalam mencerna setiap tulisannya.