Sekembalinya Alfa dari ruangan dokter yang menangani Eca, ia langsung kembali menuju kamar rawat Eca, dan ia melihat Eca yang sudah tertidur, lalu ia mendekat menuju ranjangnya, ia tatap lekat Eca yang sedang memejamkan matanya.
"Bahkan saat seperti ini pun, kamu masih terlihat cantik, apa selama ini kamu hidup dengan baik, tapi saya rasa hidup kamu tidak baik baik saja, sebenarnya apa yang terjadi selama 5 bulan terakhir ini" gumam Alfa, terus menatap Eca yang masih tertidur pulas.
Alfa mengelus perut Eca yang masih terlihat rata, mungkin karena Eca yang memakai pakaian tebal, membuat perutnya tak terlihat seperti sedang mengandung, atau mungkin memang belum waktunya perut Eca membesar, fikir Alfa.
Namun saat ia menyentuhnya, ia bisa merasakan ada sesuatu di sana.
***
"Engghhh" lenguh Eca terbangun dari tidurnya.
Saat ia melihat kesamping, di sana ada Alfa yang masih memejamkan matanya, terlihat tampan dan rasanya ia semakin merasa jatuh cinta dengan pria yang sudah memberikannya seorang anak yang masih berada di dalam kandungannya.
"Apa semalaman kamu di sini nemenin aku" batin Eca, sambil mengelus wajah Alfa.
Alfa yang merasakaan sesuatu di wajahnya, ia pun terbangun, dan matanya langsung bersitatap dengan manik Eca.
Eca yang melihat Alfa terbangun pun langsung menarik tangannya dari wajah Alfa.
"Apa ada yang sakit, biar saya panggilkan dokter" ucap Alfa.
"Tidak perlu, saya baik baik saja" jawab Eca pelan.
Alfa langsung beranjak memeluk tubuh lemah Eca.
"Ada apa dengan dirimu selama ini, kenapa kamu terlihat semakin kurus, padahal kamu sedang hamil" ucap Alfa pelan di telinga Eca.
"Saya baik baik saja, saya hanya sedang tak berselera untuk makan" jawab Eca.
Alfa melepaskan pelukannya, lalu mengukung tubuh Eca, ia menyatukan keningnya dengan kening Eca.
"Jawab pertanyaan saya, apa selama ini kamu hidup dengan baik?" tekan Alfa.
"Tentu saya hidup dengan baik" jawab Eca.
"Jika kamu hidup dengan baik, kamu tidak mungkin bekerja menjadi seorang pelayan, bukankah uang yang saya berikan kepadamu cukup banyak" ucap Alfa lalu mengecup dahi Eca.
Cup
Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Alfa, Eca merasa heran dengan pria ini, kenapa Alfa bersikap seperti itu kepadanya, bukankah dulu Alfa membencinya.
Namun tak urung hatinya menghangat, ia merasa sangat senang, sudah lama ia menantikan hal seperti ini terjadi kembali di hidupnya, selama ini ia hanya bisa membayangkan jika Alfa selalu memeluknya, namun sekarang angan itu menjadi nyata.
"Hei kenapa kamu malah bengong" tegur Alfa.
"Hah, iya kenapa?"
"Sudahlah, sekarang saya ingin kamu menjawab pertanyaan saya dengan jujur, apa kamu sudah menikah, dan siapa ayah dari bayi yang ada di perut kamu ini"
Eca tertegun, haruskah ia memberitahu Alfa, namun jika ia mengatakannya, apakah Alfa akan percaya dan akan menerima anaknya.
"Anak kamu" singkat Eca.
Deg
Mendengar pengakuan Eca, Alfa langsung menegang, jantungnya seakan berhenti untuk sesaat.
Melihat respon Alfa, Eca merasa jika Alfa tidak akan percaya dengan ucapannya, ia merasa miris dengan dirinya sendiri, kenapa ia merasa bodoh jika berfikir Alfa akan mempercayainya, ia yakin pria itu mungkin benar benar akan semakin yakin jika ia memang seorang jalang, yang ingin menguras hartanya dengan mengaku jika ia sedang hamil anaknya.
"Jangan di fikirkan, saya bisa hamil dengan siapa saja, seorang jalang seperti saya memang,,," ucapannya terpotong karena Alfa yang tiba tiba mencium bibirnya.
"Kamu bukan jalang, dan maafkan saya yang pernah mengatakan hal bodoh itu, dan saya percaya" ucap Alfa saat ia sudah melepaskan tautannya.
"Hah"
Alfa terkekeh lalu ia mengelus wajah Eca.
"Saya percaya dia anak saya" jelas Alfa.
Eca merasa tidak menyangka dengan ucapan Alfa, apakah ia sedang bermimpi, kenapa Alfa bisa semudah itu percaya kepadanya, meskipun hatinya tentu sangat senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY [END] 🔞✔
RomanceAlfa mengira semuanya hanya permainan semata, namun lama kelamaan rasa yang tak seharusnya ada, kini malah mampir dan menetap di hatinya. Cerita Dewasa 🔞 Tidak ada yang baik dalam cerita ini, jadi bijaklah dalam mencerna setiap tulisannya.