Paradisha dan Arvasatya. Dua manusia yang disatukan dalam ikatan pernikahan melalui sebuah perjodohan yang direncanakan oleh orang tua mereka. Perjodohan di kalangan mereka adalah hal yang biasa. Pasangan mereka ditentukan agar mereka memiliki pasan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paradisha menatap bangunan megah di depannya dalam diam. Ia masih berdiam diri di dalam mobil meskipun sudah tiba di pekarangan rumah ini sejak 15 menit yang lalu. Matanya menatap kosong pada pilar-pilar besar yang menyanggah rumah di depannya. Terdengar helaan napas berat dari bibir perempuan itu, matanya menatap ponselnya yang tergeletak di atas tasnya yang ada di kursi penumpang. Ada panggilan masuk, Disha hanya memandanginya hingga layar itu kembali menggelap. Kembali menghela napas, Disha meraih ponsel dan tasnya. Mau bagaimanapun ia tetap harus masuk ke rumah megah itu. Papinya sudah menunggu di dalam dan sebentar lagi sudah memasuki jam makan malam. Itulah mengapa mamanya berulang kali menelpon.
Disha membuka pintu mobilnya. Langkah melangkah dengan perlahan menuju pintu utama, hatinya terasa enggan untuk masuk, tapi ia sudah sampai di sini. Pasti ada asisten rumah tangganya yang mengatakan pada sang papi jika Disha sudah sampai di rumah, tidak ada jalan untuk putar balik. Percuma saja, toh nanti juga akan dipanggil lagi untuk datang ke rumah ini. Rumah dulunya adalah rumah masa kecil dan remajanya, sayangnya sekarang sudah bukan lagi, rumah itu sudah banyak kehilangan esensinya sebagai rumah di mata Disha. Walau Disha masih menganggapnya sebagai rumah tempatnya pulang.
Saat Disha membuka pintu, sudah ada asisten rumah tangga yang menyambutnya. Menyampaikan jika ayahnya sudah menunggu di meja makan. Tidak terhitung berapa kali Disha menghela napasnya hari ini. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan tadi dan sekarang ia harus berhadapan dengan ayahnya. Disha menebak-nebak apa yang akan mereka bicarakan hari ini.
***
"Usiamu sudah cukup matang untuk menikah. Menikahlah"
Disha belum menyelesaikan makannya. Apa yang papinya sampaikan barusan sudah menghilangkan napsu makan Disha yang bahkan sedari awal ia paksakan untuk bisa makan di meja makan ini.
"Mas, tunggu Disha selesai makan dulu" Ujar Kamala pada suaminya. Perempuan itu melirik Disha yang sudah sepenuhnya meletakkan alat makan lalu meraih gelas yang berisi air putih lalu meneguknya dengan pelan.
"Kamu kenal Arvasatya dari keluarga Wiyasa?" Praba mengabaikan saran sang istri. Kepala keluarga di rumah megah ini tetap melanjutkan topik pembicaraan yang sudah diangkatnya tanpa menunggu reaksi dari putrinya atas kalimatnya sebelumnya.
Disha meletakkan gelas yang sudah tinggal separuh isinya. Perempuan itu meletakkan tangan di atas pangkuan dan memundurkan punggungnya hingga bersandar di kursi. Perempuan itu menatap sang ayah yang menunggu jawabannya. Maka dirinya pun memberikan jawaban sesuai dengan yang papinya itu inginkan.
"Kenal, kami dulu satu almamater"
Arvasatya. Disha mengenal lelaki itu. Arva cukup popular semasa mereka berkuliah dulu. Disha tidak mengenal lelaki itu secara personal, hanya sebatas tahu saja karena kepopuleran lelaki itu sebagai mahasiswa berprestasi di tempatnya berkuliah.