Satu tahun kemudian...
"Phi Mew!"
"Ada apa sayang, kenapa kau berteriak seperti itu?"
"Kau tidak melihat, aku sedang sibuk dan kau malah asik bermain ponsel,"
"Iya, aku minta maaf, Cia sini sayang sama daddy,"
"Dasar suami tidak tau diri, mau enaknya doang,"
"Jangan marah-marah terus, nanti malam tidak akan aku beri jatah nih,"
"Dasar idiot, sana bawa pergi putrimu,"
Chuppp...
"Nanti cantiknya hilang jika kau mengumpat terus, apa perlu kita membuat adik untuk Cia?"
"Kau benar-benar Phi,"
Karna merasa kesal Gulf pun melempar panci pada Mew, beruntung Mew dengan sigap berlari jika tidak sudah pasti kepala Mew akan benjol.
"Phi Gulf!" Panggil Pawat.
"Apa lagi sih? Ada saja yang mengganggu heran,"
"Pinjam mobilnya dong,"
"Kau kan punya mobil sendiri, untuk apa kau meminjam padaku?"
"Tolonglah Phi, mobilku masuk bengkel,"
"Ganti, dan beli yang baru jadi orang jangan pelit,"
"Ya sudah, mobil Phi aku bayarin deh, nanti Phi bisa beli yang baru yang besaran sedikit, kan sekarang sudah nambah Cia pasti sempit,"
"Kau benar, kenapa aku tidak berpikir sejauh itu, baiklah kau pakai saja mobilku nanti siang aku akan membeli mobil baru, dan nanti siang kau harus menjemput Alex dan Nata,"
Bukankah sangat mudah untuk memprovokasi Phi nya, tidak perlu mengunakan otot tapi otak lah yang harus berjalan.
"Siap bos!" Tentu saja Pawat tersenyum senang ia mendapat mobil cumu-cuma dari Phi nya. "Phi sedang membuat apa?"
"Aku sedang belajar membuat kue, dan kau nanti harus mencobanya,"
"Aku tidak yakin jika itu akan enak, pasti rasanya nanti sangat aneh,"
Satu panci melayang tepat mengenai kepala Pawat, dan saat itu juga Pawat mengeluh karna merasa kesakitan.
"Phi, yang benar saja sakit tau kepala ku,"
"Itulah hukuman untuk orang yang suka mencela makanan, sudah sana pergilah menggangu saja,"
"Bisa-bisanya Phi Mew bucin,"
"Apa yang kau katakan? Dasar sialan,"
"Ampun Phi,"
Pawat pun berlari keluar rumah, namun saat itu juga berpapasan dengan Tuan Trai yang baru pulang dari olahraga.
"Kalian berdua, apa yang kalian lakukan? Apa kalian tidak berpikir jika kalian sudah berumur?" Marah Tuan Trai.
"Paw nya duluan yah,"
"Kenapa aku?"
"Diam kalian, sudah tua pada tidak tau diri,"
Setelah mengatakan itu Tuan Trai pergi ke kamarnya ia ingin mandi dan berangkat ke kantor, biarpun sudah tua namun Tuan Trai tidak ingin bermalas-malasan.
"Semua gara-gara kau, Ayah jadi memarahiku,"
"Yang benar saja Phi, kau pikir tidak sakit kepala ku kau pukul mengunakan panci itu?"
"Mana aku tau sakit atau tidak nya, karna bukan aku yang merasakannya,"
"Dasar egois,"
"Apa yang kau katakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory (END)
Fanficsejauh apapun waktu dan jarak, cinta itu akan tetap kembali pada rumah dan keluarga kecilnya yang selalu menunggunya kembali seperti dulu..