PROLOG

9.6K 206 5
                                    

Hai, ketemu lagi dengan aku jusmine. Ini cerita kedua aku di wattpad👋🏼

Mengalami fase jenuh nulis mungkin tiap penulis pernah ya? aku gak tau kenapa di cerita TLS belum nemu feel mau lanjut, sebenarnya udah ada 5 part yang belum ku publish cuma masih ragu gitu. jadilah aku bikin cerita baru ini, sebagai peralihan dulu.

Sebelum membaca jangan lupa klik mengikuti yaa, biar gak ketinggalan update dari aku<3

⚠️Cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf bila ada kesamaan nama tokoh, karakter, adegan, alur yang mirip di cerita lain karena itu hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur plagiarisme.

‼️‼️INFORMATION‼️‼️

Untuk visual character nya ada di chapter sembilan yaa, beserta profil lengkapnya.

Happy reading reds!💖🌹

Happy reading reds!💖🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[PROLOG]

"Rules pertama jangan jatuh cinta terlalu cepat"

***

"Lo nggak tau siapa gue?" Vaga bertanya, matanya menyipit berbahaya.

Sera tertawa kecil, suaranya merdu namun ada nada mengejek di dalamnya. "Oh, gue tau siapa lo. Vaga Santara Altair, si 'villain' Gardapana. Tapi sayangnya," Sera mendekatkan wajahnya, bibirnya nyaris menyentuh telinga Vaga, "gue nggak takut sama lo."

Vaga bisa merasakan napasnya tercekat. Aroma parfum Vanilla Sera yang manis memenuhi inderanya, membuatnya sedikit pusing. Ada sesuatu dalam cara Sera berbicara, cara ia berdiri dengan penuh percaya diri, yang membuat Vaga... tertarik? Tidak, bukan tertarik. Terganggu. Ya, itu kata yang tepat.

Sera memiringkan kepalanya, menatap Vaga dengan tatapan polos yang dibuat-buat. "Oke, gue punya gelang lo. Tapi gue udah terlanjur suka sama gelang itu. Mungkin kita bisa... negosiasi?"

Vaga melangkah maju, mengurung Sera di antara tubuhnya dan meja. Tangannya ia letakkan di kedua sisi Sera, efektif menghalangi jalan keluar gadis itu. Wajah mereka kini hanya berjarak beberapa sentimeter.

"Gue nggak main-main, Seraya Anjanayra," geram Vaga, menyebut nama lengkap Sera untuk pertama kalinya.

Sera tersenyum lebar mendengar namanya disebut. "Oh, lo udah tau nama gue rupanya. Gue tersanjung."

Vaga bisa merasakan kesabarannya menipis. Cewek ini benar-benar tahu cara membuatnya kesal.

"Terakhir kali gue tanya," ujar Vaga, suaranya rendah dan berbahaya. "Di mana. Gelang. Gue?"

Sera menatap mata Vaga lekat-lekat, senyum misterius masih tersungging di bibirnya. "Hmm, gimana kalo kita buat kesepakatan? Gue akan balikin gelang lo, tapi dengan satu syarat."

Vaga mengangkat alisnya, antara penasaran dan kesal. "Apa?"

Sera mendekatkan wajahnya, berbisik pelan namun jelas. "Lo harus nemenin gue makan di kantin nanti. Bareng gue. Di meja gue."

Oh great, inilah awal mulanya Vaga berurusan dengan perempuan menyebalkan itu.

segini dulu ya reds! kita pemanasan dulu, jangan terlalu banyak mikir ya ini baru prolog🤏🏽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

segini dulu ya reds! kita pemanasan dulu, jangan terlalu banyak mikir ya ini baru prolog🤏🏽

next?

next?

next?

next?

tanpa aku capture gambar visualnya pasti kalian udah bisa taukan siapa yang jadi visualnya vaga?!🧐👀

ada yang bisa nebak?

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang