[12] : SWIMMING POOL

4.5K 155 54
                                    

Bab 12 | Swimming Pool

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 12 | Swimming Pool

Vaga memarkirkan motornya di depan gerbang rumah mewah yang megah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vaga memarkirkan motornya di depan gerbang rumah mewah yang megah. Ia mengecek kembali alamat yang diberikan Sera, memastikan ia tidak salah tempat. Rumah bergaya victorian dengan halaman luas dan air mancur di tengahnya ini memang sesuai dengan alamat yang tertera.

"Jadi ini rumahnya," gumam Vaga pelan. Sekarang ia paham mengapa Sera selalu bersikap layaknya putri kerajaan── gadis itu memang berasal dari keluarga yang sangat berada.

Vaga merapikan penampilannya sejenak. Kaos putih polos dilapisi jaket kulit hitam favoritnya, celana jeans sobek di bagian lutut, dan sepatu army hitam yang sudah menemaninya bertahun-tahun. Scraft merah yang tak pernah absen melingkar di lehernya, memberikan sentuhan final pada penampilannya yang terkesan berandal namun menarik.

Baru saja Vaga hendak menekan bel pagar, tiba-tiba gerbang terbuka. Sebuah mobil mewah meluncur keluar dan berhenti tepat di sampingnya. Jendela mobil terbuka, menampakkan wajah seorang pria paruh baya yang tampak familiar.

"Nyari siapa, nak?" tanya pria itu, suaranya dalam dan berwibawa.

Vaga terdiam sejenak, menyadari pria ini pasti ayah Sera. "Nyari sera, Om."

Hestama keluar dari mobil, mengamati Vaga dari atas ke bawah dengan tatapan menilai. "Oh, temannya Sera? Atau... pacarnya?"

Vaga terkejut mendengar pertanyaan itu. Dirinya? Pacar Sera? Tidak mungkin. "Bukan, Om. Saya cuma teman sekolahnya."

Hestama tertawa kecil. "Ah, sayang sekali. Padahal om kira akhirnya putri om punya pacar."

Vaga hanya bisa tersenyum canggung, tidak tahu harus merespon apa.

"Ngomong-ngomong," Hestama melanjutkan, "kamu anak motor? Motor kamu bagus."

Lagi-lagi Vaga terkejut. "Bukan, om. Saya cuma suka motor aja."

"Wah, kebetulan!" Hestama berseru antusias. "Om juga hobi motor. Kapan-kapan ayo kita motoran bareng. Om juga suka ngebut lho waktu muda."

Vaga hanya bisa tersenyum canggung. Dalam hati ia berpikir, pantas saja Sera memiliki kepercayaan diri yang begitu tinggi. Ternyata sifatnya itu turunan dari sang ayah.

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang