[10] : I'M NOT A GENTLEMAN

3.5K 129 3
                                    

Bab 10 | I'm Not A Gentlemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 10 | I'm Not A Gentlemen

Kantin Gardapana siang itu dipenuhi suara denting alat makan dan obrolan siswa yang riuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kantin Gardapana siang itu dipenuhi suara denting alat makan dan obrolan siswa yang riuh. Di salah satu sudut, Sera duduk dengan anggun, jemari lentiknya mengetuk meja dengan tidak sabar. Matanya yang tajam sesekali melirik ke arah pintu masuk, menanti kedatangan seseorang.

"Kemana sih tuh cowok?" gumam Sera kesal, bibir merahnya mengerucut. "Berani-beraninya bikin gue nunggu. Emang dia pikir dia siapa?"

Sera melirik jam tangannya untuk kesekian kali. Sudah lewat 20 menit dari waktu yang dijanjikan. Ia mendengus pelan, merasa kesal sekaligus penasaran. Apakah Vaga akan benar-benar datang? Atau jangan-jangan cowok itu memilih untuk mengabaikan ancamannya?

Tepat saat Sera mulai mempertimbangkan untuk pergi, pintu kantin terbuka dengan suara keras. Sosok Vaga yang tinggi dan beraura intimidatif melangkah masuk, membuat seisi kantin seketika hening. Semua mata tertuju padanya, campuran antara takjub dan takut.

Sera menyeringai puas. Ia bisa merasakan jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Bukan karena tertarik, tentu saja-setidaknya itulah yang ia katakan pada dirinya sendiri. Ia hanya── terkesima dengan aura intimidasi yang dipancarkan Vaga. Bagaimana bisa seseorang memiliki presensi sekuat itu?

Vaga memindai ruangan dengan matanya yang tajam, hingga akhirnya tatapannya bertemu dengan Sera. Tanpa ragu, ia melangkah menuju meja gadis itu, mengabaikan bisik-bisik dan tatapan heran yang mengikutinya.

"Well," Sera tersenyum manis, namun ada kilat berbahaya di matanya. "Gue kira lo bakal kabur, Vaga."

Vaga hanya menatapnya datar, jelas tidak terkesan dengan sambutan Sera. "Gue bukan pengecut," jawabnya singkat.

"Oh? Tapi lo telat 20 menit," Sera melirik jam tangannya dengan dramatis. "That's not very gentleman of you, you know."

Vaga mendengus pelan. "Gue nggak pernah bilang gue gentleman."

Tanpa basa-basi, ia menarik kursi di depan Sera dan hendak duduk.

"Tunggu," Sera berkata sebelum Vaga sempat duduk. Matanya menatap Vaga dengan tatapan menilai dari atas ke bawah. "Ngapain duduk depan-depanan gitu? Emang mau wawancara?"

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang