[7] : SERAYA ANJANAYRA

2.7K 102 1
                                    

Bab 7 | Seraya Anjanayra 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 7 | Seraya Anjanayra 

Sinar matahari sore menerobos masuk melalui jendela-jendela kecil Warbom, menciptakan permainan bayangan di atas meja-meja kayu yang sudah usang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari sore menerobos masuk melalui jendela-jendela kecil Warbom, menciptakan permainan bayangan di atas meja-meja kayu yang sudah usang. Aroma kopi dan gorengan menguar di udara, bercampur dengan bau asap rokok yang tak pernah absen dari tempat ini.

Warbom, atau Warung Bang Boem, sudah lama menjadi pelarian favorit para penghuni SMA Gardapana yang mencari tempat untuk melepas penat atau sekadar menghindar dari rutinitas sekolah yang menjemukan.

Di salah satu sudut warung, sekelompok cowok duduk mengelilingi meja bundar. Mereka adalah wajah-wajah familiar di Gardapana, dikenal baik karena prestasi maupun── reputasi lain yang tidak selalu positif.

"Anjir, Ga," Daru memecah keheningan, matanya masih membulat takjub. "Tadi tuh beneran gila sih. Gue kira lo bakal bunuh si Reno beneran!"

Vaga hanya mendengus pelan, akhirnya menyalakan rokoknya. Ia menghisap dalam-dalam, membiarkan asap memenuhi paru-parunya sebelum menghembuskannya perlahan.

"Yah, tapi gue ngerti sih kenapa lo sampe semarah itu," Gema menimpali, nadanya sedikit lebih serius. "Si Reno udah kelewatan. Ngebully Daru di depan umum gitu..."

"Iya, anjing banget emang dia," Alfa menggeram, tangannya terkepal erat. "Gue juga pengen nonjok dia sebenernya, tapi lo udah keburu turun tangan, Ga."

Arjun terkekeh, matanya berkilat jahil. "Yaelah, Al. Bilang aja lo takut sama Vaga. Gue liat tadi lo mundur duluan pas Vaga maju."

"Sembarangan lo Jun!" Alfa melempar sisa bakwannya ke arah Arjun, yang dengan mudah menghindar. "Gue bukannya takut, gue cuma... ngasih kesempatan Vaga buat nyalurin emosinya. Iya kan, Ga?"

Vaga hanya melirik sekilas, tidak menanggapi. Tapi sudut bibirnya sedikit terangkat, nyaris tak terlihat.

Dean, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Lo udah dipanggil BK kan, Ga? Gimana?"

Vaga menghembuskan asap rokoknya sebelum menjawab singkat, "Skors. Tiga hari."

"Buset, tiga hari?" Daru berseru. "Lama amat! Padahal lo kan cuma ngebela temen!"

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang