[35] : DAY ONE PORSENI 31th

2K 85 5
                                    

Bab 34 | Day One Porseni 31th

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 34 | Day One Porseni 31th

Spanduk "Selamat Datang Peserta Kompetisi Pesta Olahraga dan Seni ke-31" terpampang besar di gerbang SMA Gardapana, menyambut Vaga yang baru saja memasuki area sekolah.

Kompetisi tahunan se-pulau Jawa ini selalu menjadi ajang bergengsi yang dinantikan banyak pihak. Namun kali ini, ada kegelisahan yang menyelimuti hati Vaga.

Vaga memarkir motornya di area parkir, gerakan tangannya sedikit gemetar saat mematikan mesin. Ia terdiam sejenak, masih duduk di atas motor sambil memandang kerumunan siswa yang berlalu lalang di depannya.

Perkataan Elang tentang kedatangan Aderox terus terngiang di telinganya. Ia merasa tak siap menghadapi masa lalunya, tapi di sisi lain, ia tahu ia tak bisa terus menghindar. Bayangan wajah Aurora, kembali menghantui benaknya.

"Sial," gumamnya pelan. Ingin rasanya ia berbalik dan pulang, menghindari pertemuan yang mungkin akan membuka luka lama.

Dengan enggan, Vaga akhirnya turun dari motor. Baru saja kakinya menyentuh tanah, sebuah suara familiar memanggil nama yang sudah lama tak ia dengar.

"SAN!"

Jantung Vaga seolah berhenti berdetak. Ia menoleh perlahan, dan pemandangan di depannya membuat darahnya berdesir.

Di sana, tak jauh darinya, berdiri rombongan anak-anak Aderox. Elang, Leo, Dewa, Jokdri, Delan, beserta sekitar 15 orang anggota lainnya. Mereka semua mengenakan jaket kebesaran Aderox, simbol kebanggaan yang dulu juga pernah Vaga kenakan.

Sebelum Vaga sempat bereaksi, Jokdri sudah berlari ke arahnya dan memeluknya erat.

"SAN! AKHIRNYA KITA KETEMU LAGI!" teriak Jokdri dengan nada berlebihan, air mata haru mengalir di pipinya. "Lo tau gak? Gue kangen banget sama lo! Dua tahun, San! Dua tahun kita nggak ketemu!"

Vaga membeku, tubuhnya kaku dalam pelukan Jokdri. Matanya yang tajam menyapu area sekitar, menyadari banyak siswa yang mulai memperhatikan mereka.

"Lepasin," ucap Vaga dingin, berusaha melepaskan diri dari pelukan Jokdri.

"Gak mau! Gue kangen banget sama lo, San!" Jokdri malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Jok, udah," Elang akhirnya angkat bicara, menarik Jokdri menjauh dari Vaga. "Lo gak liat San risih?"

Vaga menatap Elang, ada kilatan emosi yang sulit terbaca di matanya. "Gue udah bilang, jangan panggil gue San lagi."

"Lo masih aja gitu," Dewa menimpali, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Buat kita, lo tetep San. Ketua Aderox."

"Iya, San! Lo tetep ketua kita!" Leo menambahkan dengan semangat.

Vaga mengepalkan tangannya erat, rahangnya mengeras. "Gue bukan ketua Aderox lagi. Udah dua tahun, move on."

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang