[18] : PRINCESS

2.8K 100 35
                                    

Bab 18 | Princess Seraya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 18 | Princess Seraya

Sera duduk dengan kepala tertunduk di salah satu bangku Warbom, jemarinya saling bertaut erat di pangkuannya. Rambut panjangnya yang biasanya tertata rapi kini jatuh berantakan menutupi sebagian wajahnya yang pucat. Seragamnya kusut, jauh dari image sempurna yang selalu ia jaga dengan begitu teliti.

Vaga bersandar pada dinding tak jauh darinya, matanya yang tajam tak lepas mengawasi Sera. Ada kerutan samar di dahinya, seolah sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Sesekali ia melirik ke arah Alfa, Gema, dan Dean yang duduk di meja lain, memberi tatapan peringatan agar mereka tutup mulut.

Vaga menghela napas pelan, akhirnya memutuskan untuk memecah keheningan yang terasa mencekik.

"You okay?" tanyanya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.

Sera tersentak kaget, seolah baru tersadar dari lamunannya. Ia mengangkat wajahnya sedikit, tapi masih menghindari tatapan Vaga. "I... I don't know," jawabnya pelan, suaranya masih sedikit serak.

Vaga mengangguk pelan. "Lo mau minum sesuatu?" tawarnya, berusaha mengalihkan pikiran Sera.

Sera menggeleng lemah, "No need. Gue cuma pengen pulang."

"Oke," Vaga menegakkan tubuhnya. "Gue anterin lo pulang."

Sera mengangkat wajahnya, ada keraguan yang terpancar dari sorot matanya."It's fine," ia menjawab pelan. "Gue... gue bisa nunggu sopir gue jemput."

Vaga melirik jam tangannya, alisnya terangkat. "Mau nunggu sampe kapan? Udah malem gini."

"It's okay, bentar lagi juga nyampe," Sera menjawab pelan, suaranya hampir seperti bisikan.

Vaga menghela napas lagi, kali ini lebih panjang. Ia berjalan mendekat, berdiri tepat di depan Sera.

"Gue anterin. Gak usah nolak"

Kali ini Sera benar-benar mengangkat wajahnya, matanya yang masih sembab menatap Vaga dengan campuran kaget dan ragu.

"Nggak usah. Gue bisa──"

"Lo mau gue tinggal sendirian di sini?" potong Vaga, nada suaranya sedikit mengancam. Matanya menatap tajam ke arah Sera.

Sera terdiam, menggigit bibirnya. Vaga ada benarnya. Tapi entah kenapa, ia merasa canggung berada di dekat cowok itu sekarang. Terutama setelah pertengkaran mereka dua hari lalu. Ditambah lagi dengan kejadian di gudang tadi.

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang