[33] : LEADER OF ADEROX

2.1K 94 70
                                    

YEAYYYY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

YEAYYYY... Hari ini double update yaa!! Semoga Kalian suka💗💗

Ramein tiap paragraf ya<3

⚠️200 komen? Bisa gak ya, untuk next?

Semoga kalian tetap mengawal cerita ini sampai selesai yaa. Nikmatin alurnya, okay!

Bab 32 | Leader of Aderox

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 32 | Leader of Aderox

"Anjing, gue masih bisa ngerasain adrenalinnya!" Dewa berseru keras sambil menjatuhkan dirinya ke sofa usang di markas Aderox. Keringat masih mengucur dari dahinya, sisa-sisa pertarungan sengit yang baru saja mereka lalui.

Elang mengangguk setuju. "Lo semua udah nunjukin ke Devort sialan itu kenapa Aderox masih jadi yang terbaik, bahkan tanpa San di sini."

Nama itu──San seolah menggantung di udara, membuat suasana ruangan mendadak hening. Sudah dua tahun berlalu sejak ketua mereka pergi, tapi kehadirannya masih terasa begitu nyata di setiap sudut markas.

Leo menghela napas panjang, memecah keheningan. "Ngomong-ngomong soal San... lo semua inget porseni di Gardapana?"

Delan mengangguk, matanya menerawang. "Iya, sekolah tempat San sekarang."

"Dan itu artinya..." Elang tidak melanjutkan kalimatnya, tapi semua orang di ruangan itu tahu apa yang ia maksud.

"KITA BAKAL KETEMU SAN!" Jokdri berteriak tiba-tiba, melompat dari kursinya dengan semangat berlebihan. Wajahnya berseri-seri, seolah baru saja menang lotre.

"Aduh, kangen gue banget sama dia! Kira-kira dia masih inget sama kita gak ya? Apa jangan-jangan dia udah lupa? Atau malah pura-pura gak kenal? Terus gimana kalo──"

"Jok, tenang dulu," Delan memotong ocehan Jokdri yang mulai tidak karuan. "San gak mungkin lupa sama kita. Emangnya dia abis kecelakaan terus amnesia?"

Jokdri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Eh, iya juga ya. Berarti San pasti masih inget sama kita dong? Aduh, gue gak sabar pengen ketemu dia! Gue pengen peluk dia, terus ngajak dia makan bakso bareng kayak dulu, terus──"

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang