[14] : OTHER SIDE VAGASAN

2.4K 77 4
                                    

Bab 14 | Other Side Vaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 14 | Other Side Vaga

Bab 14 | Other Side Vaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, Tahun 2013

Pantai Ancol terlihat indah sore itu. Matahari mulai turun perlahan, menciptakan semburat oranye keemasan di langit. Ombak bergulung lembut, membelai pasir putih yang terhampar luas. Di tepi pantai, seorang wanita cantik berambut panjang duduk bersama seorang anak laki-laki kecil. Mereka adalah Anindya dan putranya, Vaga.

Hari itu adalah hari ulang tahun Vaga yang ketujuh. Anindya memutuskan untuk merayakannya di pantai, tempat favorit putra kecilnya itu. Vaga terlihat gembira, matanya berbinar-binar menatap laut yang terbentang luas di hadapannya.

"Mama, lihat! Ombaknya tinggi banget!" seru Vaga antusias, jari kecilnya menunjuk ke arah laut.

Anindya tersenyum lembut, tangannya membelai rambut Vaga dengan penuh kasih sayang. "Iya sayang, ombaknya indah ya?"

Vaga mengangguk bersemangat. "Iya Ma! Vaga suka banget! Makasih ya Ma udah ngajak Vaga ke sini!"

Anindya memeluk putranya erat. "Sama-sama sayang. Mama seneng liat kamu bahagia."

Mereka duduk bersama di atas tikar yang digelar di atas pasir, menikmati semilir angin laut yang menyejukkan. Di hadapan mereka, tersaji kue ulang tahun sederhana dan beberapa makanan ringan favorit Vaga.

"Vaga mau tiup lilinnya sekarang?" tanya Anindya, mengeluarkan korek api dari tas kecilnya.

Mata Vaga berbinar. "Mau Ma! Tapi..." ia terdiam sejenak, matanya menyapu sekeliling pantai yang mulai sepi. "Papa belum dateng ya Ma?"

Anindya tersentak mendengar pertanyaan polos putranya. Ia bisa merasakan hatinya mencelos. Bagaimana mungkin ia menjelaskan pada Vaga bahwa ayahnya memang tidak pernah berniat untuk datang?

"Sayang," Anindya berkata lembut, berusaha menyembunyikan kesedihan dalam suaranya. "Papa... Papa lagi sibuk kerja. Tapi Mama yakin Papa pasti ingat ulang tahun kamu kok."

Vaga mengangguk pelan, ada sedikit kekecewaan di matanya yang polos. "Papa selalu sibuk ya Ma? Vaga kangen Papa..."

Anindya menarik napas dalam, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak ingin Vaga melihatnya bersedih di hari spesial ini.

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang