[SEBELUM MEMBACA HARAP FOLLOW AUTHOR DULU]
"Lo nggak tau siapa gue?" Vaga bertanya, matanya menyipit berbahaya.
Perempuan itu tertawa kecil, suaranya merdu namun ada nada mengejek di dalamnya. "Oh, gue tau siapa lo. Vaga Santara Altair, si 'villain'...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️ HAPPY 24K!!HARI INI DOUBLE UPDATE YAA!!!
Test, test, test, satu, dua tiga? mana suara?!💬
Absen dulu, kalian tahu cerita ini di mana?
Ramein tiap paragraf ya<3
Semoga kalian tetap mengawal cerita ini sampai selesai yaa. Nikmatin alurnya, okay!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bab 32 | Hickey
Vaga dan Sera duduk berdampingan di sudut kafe yang tenang, cukup jauh dari meja-meja lain sehingga mereka bisa berbicara dengan bebas tanpa perlu khawatir didengar orang.
Sera, dengan gerakan anggun merapikan scarf Hermès yang melingkar di lehernya. Jemarinya yang lentik bergerak hati-hati, memastikan tanda-tanda kemerahan tersembunyi dengan sempurna. Matanya yang tajam sesekali melirik ke arah Vaga. Brengsek.
Vaga duduk santai di sebelahnya, posturnya rileks. Matanya yang tajam mengamati setiap gerak-gerik Sera, kilatan nakal terpancar dari tatapannya yang intens.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Makan dulu, Sayang," ucap Vaga singkat, mendorong piring berisi sandwich dan salad buah ke arah Sera.
Sera mengangkat alisnya, melirik makanan di hadapannya dengan pandangan menilai. "Kamu pikir aku mau makan ini? Seriously?"