[25] : VAGA VS RAVIN

4.3K 159 92
                                        

Absen dulu, kalian tahu cerita ini dimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Absen dulu, kalian tahu cerita ini di
mana?

Ramein tiap paragraf ya<3

⚠️Kalo rame, bakal double update yaa!!

Happy reading, Reds. Semoga suka yaa, tandain bagian yang typo yaa💖

 Semoga suka yaa, tandain bagian yang typo yaa💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 25 | Vaga vs Ravin

Vaga duduk sendirian di pinggir lapangan, memainkan bola basket di tangannya dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang pada kejadian dengan Sera, sentuhan lembut di bibir gadis itu masih terasa di ujung jarinya.

Tiba-tiba, sebuah bayangan jatuh menutupi cahaya yang menerpa wajahnya. Vaga mendongak, alisnya terangkat melihat sosok yang berdiri angkuh di hadapannya.

"Ngapain lo?" tanya Vaga datar, matanya menatap tajam ke arah Ravin.

Ravin balas menatap Vaga dengan sorot mata dingin. "Jauhin Sera."

Vaga mendengus, seringai tipis tersungging di bibirnya. Ia bangkit berdiri, melempar bola basket ke samping dengan santai.

"Sejak kapan lo punya hak ngatur-ngatur gue?"

"Gue serius," Ravin menggeram pelan, melangkah maju hingga jarak mereka hanya tersisa sejengkal. "Lo gak pantes deket-deket sama Sera."

Vaga memiringkan kepalanya, tatapannya menantang. "Dan lo pikir lo pantes?"

Ravin mengepalkan tangannya erat. "Setidaknya gue gak bakal nyakitin dia. Gak kayak lo."

"Oh ya?" Vaga menyeringai sinis. "Lo yakin banget sama diri lo sendiri. Lucu. Tiba-tiba lo dateng sok-sokan mau ngelindungin Sera. Lo pikir lo siapa?"

Ravin menggertakkan giginya kesal. "Gue cuma gak mau Sera jadi korban lo selanjutnya. Lo itu berbahaya, Vaga. Semua orang tau itu."

"Berbahaya?" Vaga mendengus. "Lo gak tau apa-apa tentang bahaya yang sebenernya."

"Oh ya?" Ravin menyeringai. "Gue rasa gue cukup tau. Kayak gimana berbahayanya punya nyokap gila yang──"

Belum sempat Ravin menyelesaikan kalimatnya, sebuah pukulan keras mendarat di wajahnya. Vaga mencengkeram kerah baju Ravin, matanya berkilat penuh amarah.

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang