[17] : HUG ME PLEASE

5.1K 182 4
                                        

Bab 17 | Hug Me Please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 17 | Hug Me Please

Vaga melangkah malas menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi. Sore itu, gedung Gardapana terasa begitu lengang, seolah-olah menelan suara-suara yang biasanya memenuhi setiap sudutnya.

Langkah kakinya bergema di sepanjang lorong, menuju lokernya di lantai 3. Suara sol sepatunya yang beradu dengan lantai terdengar begitu keras di tengah kesunyian, membuat Vaga sedikit merinding.

Sebenarnya, Vaga sudah ogah-ogahan kembali ke sekolah sore itu. Tapi buku catatan ekonominya tertinggal di loker, dan besok ada ulangan. Mau tidak mau, ia harus mengambilnya. Kalau tidak, bisa dipastikan nilainya akan amblas, dan Vaga sedang tidak mood mendengar ceramah panjang lebar dari wali kelasnya.

Saat melewati tangga dekat gudang di lantai 2, Vaga merasakan sensasi aneh menjalar di tengkuknya. Seperti ada yang suara tangisan. Ia menoleh sekilas, matanya menyipit waspada menyapu sekeliling. Tapi tidak ada siapa-siapa.

'Perasaan gue aja kali,' pikirnya, menggelengkan kepala. Tapi entah kenapa, langkahnya jadi sedikit lebih cepat.

Sesampainya di depan loker, Vaga terdiam sejenak. Ada sesuatu yang berbeda. Matanya menyipit, mengamati lokernya dengan seksama.

'Perasaan tadi pagi nggak ada...'

Di dalam lokernya, tergeletak sebuah kotak kecil berpita yang tidak ia kenali. Kotak itu tampak begitu mencolok di antara tumpukan buku dan barang-barangnya yang berantakan. Dengan ragu, Vaga meraih kotak itu. Jemarinya sedikit bergetar saat membuka pita yang mengikatnya.

Perlahan, ia membuka tutup kotak itu. Isinya membuat Vaga tertegun, napasnya tercekat di tenggorokan.

Sebuah gelang── gelang yang beberapa hari lalu dirusakkan oleh Sera. Kini gelang itu sudah diperbaiki, bahkan terlihat lebih indah dari sebelumnya. Di sampingnya, ada secarik kertas yang dilipat rapi.

Siapa yang menaruh ini di lokernya? Kenapa? Dan yang paling penting── apakah ini dari Sera?

Baru saja Vaga hendak membuka surat itu, tangannya sudah terulur menyentuh lipatan kertas, tiba-tiba terdengar suara samar-samar. Suara yang membuat bulu kuduknya meremang seketika.

"Tolong..."

Vaga menegang. Tubuhnya seolah membeku di tempat. Ia ingat desas-desus tentang hantu penunggu gudang sekolah. Selama ini Vaga tidak pernah percaya takhayul semacam itu. Baginya, hantu hanyalah bualan untuk menakut-nakuti anak kecil. Tapi kali ini...

'Shit. Itu beneran suara hantu?'

Suara itu semakin keras, lalu tiba-tiba menghilang, seolah tertelan kesunyian. Vaga menahan napas, menajamkan pendengarannya.

Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Vaga tidak masalah berkelahi dengan puluhan orang tapi hantu? Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang