[5] : DAMAGING

3.6K 136 3
                                    

Bab 5 | Demaging

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 5 | Demaging

Panti Asuhan Harapan Bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panti Asuhan Harapan Bunda

Plang itu menyambut Vaga saat ia memarkirkan motor hitamnya di halaman depan. Suara deru mesin yang mereda seolah menjadi sinyal bagi penghuni panti. Belum sempat Vaga melepas helmnya, pintu depan sudah terbuka lebar. Sekelompok anak-anak berlarian keluar, wajah mereka berseri-seri penuh kegembiraan.

"Bang Vaga datang!" seru mereka riang, berlomba-lomba menghampiri Vaga.

Vaga melepas helmnya perlahan, senyum hangat tersungging di bibirnya── ekspresi yang jarang terlihat di wajahnya yang biasanya datar.

"Hei, jagoan-jagoan kecil," sapa Vaga, suaranya lembut namun penuh kasih sayang. Ia berlutut, merentangkan tangannya lebar-lebar untuk menyambut pelukan anak-anak itu.

Anak-anak panti mengerubunginya, berebut untuk mendapatkan pelukan dari sosok yang mereka anggap sebagai kakak. Vaga memeluk mereka erat, merasakan kehangatan yang selama ini ia rindukan.

"Bang Vaga kok lama banget nggak ke sini?" tanya Dika, bocah laki-laki berusia 7 tahun, dengan bibir mengerucut.

Vaga mengacak rambut Dika lembut. "Maaf ya, Abang lagi banyak urusan di sekolah. Tapi lihat nih, Abang bawain apa?"

Mata anak-anak langsung berbinar melihat kotak berisi kue yang Vaga bawa. Mereka bersorak gembira, melompat-lompat kegirangan.

"Ayo masuk dulu," ajak Vaga, bangkit berdiri sambil menggendong Mira, gadis kecil berusia 5 tahun. "Nanti kita makan sama-sama ya."

Mereka berjalan masuk ke dalam panti, dipimpin oleh Vaga yang masih menggendong Mira. Suasana panti yang tadinya tenang kini riuh oleh celotehan riang anak-anak.

Di ruang tengah, Bi Arum, pengasuh panti, menyambut mereka dengan senyum hangat. "Wah, ada tamu spesial nih. Kok nggak bilang-bilang mau datang, Den?"

Vaga tersenyum, menurunkan Mira dari gendongannya. "Maaf, Bi. Mendadak tadi. Vaga kangen sama anak-anak."

VAGASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang