6

84 44 9
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

Detak jantung Manda berdetak lebih kencang, dia tidak menyembunyikan rasa gugup nya setelah melihat kehadiran Ghani dan Gisel saat ini. Manda hanya diam, tangannya mengepal dan memegang erat pulpen di atas meja kasir. Sesekali melirik kearah Ghani dan Gisel yang berdiri di sana dan memilih beberapa bunga.

Manda memperbaiki tata letak kacamata nya, menarik napas dalam diam dan berusaha untuk tetap biasa saja.

Toh, tidak ada yang tahu hubungan Ghani dan Manda saat itu. Tanpa terkecuali adik kandung Ghani sekali pun, yang Gisel tahu Manda adalah teman sekelas Ghani saat masih sekolah dulu. Perasaan Manda bercampur aduk sekarang. Apa Ghani masih mengingat kejadian semalam?

Dimana Ghani menggenggam erat tangannya dan hampir menciumnya.

"Hai."

Manda mendongakkan wajahnya, perempuan itu semakin salah tingkah. Dia mengulum senyumannya sendiri dan menarik kedua sudut bibirnya tanpa menjawab sapaan Ghani barusan. "Kamu apakabar?"

Di balik meja itu, Manda menggoyangkan kaki nya agar gugup nya tak terlihat. Walaupun seperti itu, Ghani tahu bahwa Manda bertingkah aneh. Ghani hanya tersenyum dan berdiri tepat di hadapan Manda, menoleh sesekali melihat Gisel yang masih sibuk memilih bunga.

Perempuan itu juga tidak menyangka, Ghani masih menggunakan panggilan Aku-kamu dengannya. Sepele, tapi berhasil membuat senyuman Manda terbit tanpa paksaan.

"Ba–baik." Manda memainkan pulpen dalam genggaman nya itu. "Kamu sendiri, gimana?"

"Seperti yang kamu lihat sekarang," balas Ghani. "Udah lama kita enggak ketemu."

Ucapan Ghani membuat Manda memudarkan senyumannya. Benar, Ghani melupakan hal semalam. Namun, dengan penuh kesadaran Manda kembali mengangguk. "Gimana kesehatan kamu, aman? Kamu masih sering sesak napas?"

Manda menggigit bibir bawahnya, mengangguk pelan dan berusaha untuk biasa saja.

"Aku mau kerumah kamu, boleh?"

"Ha?" Manda mengernyitkan keningnya. Ghani mengangguk menyakinkan Manda. "Enggak boleh?"

Perempuan berkacamata itu diam sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Aku sibuk."

Terlihat raut kecewa di wajah Ghani, tetapi laki-laki itu tetap mencoba untuk tersenyum dan mengangguk mengerti. Ghani juga tidak tahu kenapa dia bisa mengatakan hal itu, dia ingin kerumah Manda seperti dulu. Tanpa mengingat waktu dan tanpa rasa sungkan dengan orang tua Manda. Tapi sayang, itu bukan lagi jamannya.

Dia sudah tidak bisa datang kesana, untuk sekedar melihat Manda atau hanya sekedar bercanda gurau dengan orang tua Manda. Perempuan berambut panjang itu pasti tidak mengizinkan nya kesana, apalagi dengan status mereka yang sudah bukan lagi apa-apa.

"Maaf."

Hanya itu. Ghani beranjak dari hadapan Manda, menghampiri Gisel yang sedang berjongkok sambil memilih beberapa bunga. Manda menggigit pipi dalamnya, permintaan Ghani barusan memang keinginan Manda juga. Namun, Manda tidak mau terus berlarut dalam perasaan nya, dia ingin segera menghilangkan Ghani dari pikirannya.

•••••

Manda menghela napas panjang, dia berjalan sambil menendang batu kerikil yang menghalangi langkahnya. Energi untuk hari ini terasa sangat terkuras, dia tidak tahu kenapa dia bisa selemas ini jika pulang dari toko.

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang