Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
."Gue benci sama lo! Gue benci!!"
El menggelengkan kepalanya, refleks tangannya memukul kepalanya juga. Dia meringis ketika tidak sengaja memukul lebam yang ada disamping matanya. Laki-laki itu mengaduh kesakitan dengan pelan, dia membuka matanya perlahan saat sakit itu mulai hilang.
Hening.
Tidak ada suara apapun yang El dengar sekarang. Dia benar-benar bingung dengan kondisi tubuhnya yang sekarang sudah tidak menggunakan sehelai benang pun. Setengah tubuhnya hanya tertutup dengan selimut hitam miliknya, baju yang dia gunakan tadi sudah berserakan di bawah tanpa memikirkan letak.
El menoleh, meraba kasurnya sendiri. Basah. El menggeleng cepat. Dimana Manda? Dengan cepat El mencari handphonenya, mencari nama Manda di dalam sana. Dia berdecak, dia tidak mempunyai nomor perempuan itu.
Apa yang sudah El lakukan tadi? Jam menunjukan pukul satu malam. El tidak menggunakan busana satu pun yang menempel ditubuhnya.
Tanpa berfikir panjang, El meraih baju serta celana miliknya, memakainya dan berdiri. Baru saja hendak melangkah keluar kamar, dia mendapati kacamata yang sudah patah bahkan kacanya pun pecah dilantai itu. El mengernyit, ia mendekat dan mengambil kacamata yang sudah rusak itu.
Ini adalah kacamata Manda.
El terdiam, dia ingat apa yang sudah dia lakukan tadi bersama Manda. Mantan pacar sahabatnya sendiri.
Laki-laki bertubuh tinggi itu mengerjap beberapa kali, mengusap keningnya dan berkacak pinggang. Entah apa yang ada dalam benak El sekarang, dia terus menerus menyalahkan dirinya. Kenapa dia bisa melakukan hal itu? Apa yang akan dia katakan kepada sahabatnya nanti?
Dia menoleh, melihat sprei hitamnya yang basah. El juga tidak mengetahui itu basah karena apa dikarenakan warna hitam yang menutupi semuanya. Laki-laki itu mendekat, melihat bercak yang kering disana, tanpa rasa jijik dia menyentuh bercak itu dan menarik jarinya. Lagi-lagi El tidak bisa berkata-kata, warna merah menodai jari telunjuk El.
BRAK!
"Brengsek!"
El menoleh cepat ketika pintunya terbuka dengan keras. Satu pukulan menghantam wajah El sehingga El terjatuh diatas kasurnya. "Anj*ng!"
"Lo apain Manda, ha! Bangsat, lo!"
Ghani menarik kerah baju El dan kembali memukul berulang kali wajah sahabatnya itu. El hanya diam, dia tidak membalas sama sekali pukulan Ghania. Dia terus tersungkur bahkan terjatuh ke lantai berulang kali.
"Gue kira lo sahabat gue, El. Lo kenapa tega banget ngelakuin hal itu ke cewek yang jelas-jelas lo tau gue sayang banget sama dia!"
El tetap diam, dia meringis ketika merasakan sakit yang cukup di wajahnya. Ghani menjauh, dia mengusap wajahnya tidak percaya. Ia mengeluarkan handphonenya dari saku celananya, beberapa detik kemudian Ghani melempar handphone itu ke El.
Laki-laki yang masih terduduk di lantai itu hanya bisa bernapas sesuai kemampuannya, dia melihat vidio dimana Manda keluar dari kamar El dengan tangisan. Perempuan itu tidak menggunakan kacamata, penampilannya cukup berantakan dan jalannya terlihat seperti kesakitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Romance[SELESAI] 18+ "Kepergianmu bukan lagi hal yang harus aku tangisi. Karena kehadirannya, membuatku tau bahwa takdir tidak bisa dipaksakan." - Amanda Putri. Kedatangan Ghani kembali dalam hidup Manda adalah suatu penantian terindah dalam hidup Manda se...