Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
."Permisi!"
Manda terus berteriak, ia masuk dengan El yang masih lunglai di sampingnya. Dia memegang erat pinggang dan tangan El yang ada dipundaknya. Tubuh El yang besarnya melebihi tubuh Manda membuat perempuan berkacamata itu sedikit susah untuk bergerak lebih cepat.
Ia menoleh kesana kemari, tidak ada orang satu pun dalam rumah El yang terbilang cukup besar ini. Mungkin saja karena suara hujan deras, hari juga semakin lama semakin gelap.
"Permisi!"
"Man, enggak ada orang. Percuma."
Manda menoleh, menatap wajah El yang memejamkan matanya. Wajah El cukup dekat dengan wajah Manda sehingga dia bisa mendengar deru napas El. "Jadi gimana? Gue bantuin lo duduk disofa aja, ya? Habis itu gue telfon–"
"Anterin gue kekamar, kamar gue di atas," ucap El sambil menunjuk kelantai atas.
Manda terdiam. Sebenarnya Manda tidak ingin melakukan ini, tapi melihat kondisi El yang sangat tidak memungkinkan itu membuat Manda tidak tega membiarkan El sendirian berjalan apalagi sampai menaiki tangga tanpa bantuan siapapun. Tapi, entah kenapa detak jantungnya berdetak lebih kencang saat dia sudah berdiri di depan pintu kamar El.
Perempuan berkacamata itu menghentikan langkahnya. "Ini terkunci, enggak?"
El menggeleng. "Enggak. Buka aja. Kuncinya ada didalam."
Manda mengangguk, dengan cepat dia membuka pintu kamar El dan tanpa diduga El menegakan tubuhnya ketika Manda dan El sudah berada di dalam. Manda tertegun, dia melotot dengan El yang dengan cepat menutup pintu kamarnya dan tanpa berpikir panjang langsung menguncinya.
El menoleh dengan tangan yang langsung membuka jaketnya yang basah itu. Tersisa baju putih polos yang dia gunakan.
Perempuan itu seperti tidak percaya, padahal daritadi El terlihat seperti orang yang tidak mempunyai tenaga, bahkan untuk membuka mata saja El seperti tidak kuat. Tapi sekarang, Manda melihat El tersenyum kearahnya, senyuman yang tidak bisa Manda jelaskan semenakutkan apa. El mendekat, Manda terus menggelengkan kepalanya.
"El.... Lo?"
Laki-laki itu menarik tangan Manda, mengunci Manda dengan tangan yang melingkar di pinggang perempuan itu.
"Gue kira lo enggak bakalan mau nganterin gue kekamar. Lo enggak keberatan, kan, kalau gue minta tolong yang lain?"
Manda berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan El, jantungnya berdetak kencang, dia menangis dan seperti ingin menghilang dari situ sekarang juga. Tiba-tiba kakinya terasa lemas, dia benar-benar tidak tau harus melakukan apa kecuali mengharap ada seseorang yang datang menolongnya.
"Lepasin gue, El! Sadar! Gue enggak mau!"
"Please, enggak bakalan lama," pinta El.
Manda menggeleng. "Enggak! Lo kenapa, sih! Jangan lakuin itu ke gue! Sadar!"
"Gue maunya sama lo, Manda...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Romansa[SELESAI] 18+ "Kepergianmu bukan lagi hal yang harus aku tangisi. Karena kehadirannya, membuatku tau bahwa takdir tidak bisa dipaksakan." - Amanda Putri. Kedatangan Ghani kembali dalam hidup Manda adalah suatu penantian terindah dalam hidup Manda se...