25

58 31 16
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

Pertemuan Manda dan Ghani hari ini pun menimbulkan kesedihan yang mendalam untuk perempuan berkacamata itu, Ghani memilih tidak pulang dan tidur dirumah Manda. Laki-laki itu selalu memeluk Manda, dia memanjakan Manda sebagaimana Manda perlakukan dia dulu. Mengambilkan Manda minum, menyiapkan makanan dengan masakannya sendiri walau pun Ghani tahu masakan tidak seenak masakan perempuan itu.

Dulu, Manda beberapa kali membuatkan Ghani bekal. Perempuan itu memberikan bekal itu secara sembunyi-sembunyi dari orang-orang disekolah. Tapi sayang, Ghani selalu memakan bekal itu dikantin bersama sahabat-sahabatnya. Tentu saja, dia tidak malu untuk mengatakan bahwa Manda yang membuatkannya makanan tersebut kepada sahabat-sahabatnya yang bertanya.

Jam sudah menunjukan pukul dua malam, Ghani sudah tertidur pulas disofa ruang tamu. Manda sudah menyuruh laki-laki itu untuk tidur dikamar almarhum Husein, namun laki-laki bertubuh jangkung itu menolak dan memilih untuk tidur disofa saja. Manda tersenyum ketika melihat wajah Ghani yang tertidur nyenyak, bernapas teratur dengan hidung mancungnya.

Ini akan menjadi pertemuan terakhir Manda dan Ghani untuk bersama-sama menghabiskan waktu. Besok dia akan bertemu dengan orang tua El seperti permintaan El malam itu yang akan membawanya bertemu dengan orang tuanya dirumahnya untuk membicarakan bagaiman kejelasan hubungan El dan Manda.

El tidak terlalu buruk. Semenjak kejadian itu terjadi, El selalu berbicara lembut padanya. Entah ini perasaan Manda saja atau memang El bersikap seperti itu. Beberapa kali bertemu dengan El, Manda hanya bisa berbicara beberapa kata saja. Dia hanya bisa mengangguk dan menggeleng tanpa membalas ucapan apapun ke laki-laki bertubuh tingginya melebihi tinggi tubuh Manda.

Manda menghentikan langkahnya ketika melihat kembali rumah El. Rumah inilah yang menjadi saksi kejadian memilukan itu. Manda mengeratkan genggamannya pada tali tas yang terselempang ditubuhnya, beberapa kali Manda mengerjap dan menggigit bibir bawahnya sendiri. Perempuan berkacamata itu menoleh saat El telah menutup pintu mobil lalu menyusul berdiri disampingnya, laki-laki itu hendak menarik tangan Manda tapi perempuan berkacamata itu memundurkan tubuhnya.

El hanya tersenyum, ia mengangguk dan memajukan kepalanya untuk memberi Manda akses jalan lebih dulu. Manda menunduk dan menggeleng, dia tidak ingin jalan lebih dulu sebelum El yang berjalan. Akhirnya, laki-laki itu melangkah dan menghela napas pelan.

Kembali masuk kedalam rumah ini membuat jantungnya berdetak kencang, tangannya terasa bergetar dengan kaki yang tiba-tiba saja melemas. Beberapa art dan dua pria tua yang menggunakan seragam supir menunduk ketika El dan Manda masuk kedalam rumah. Manda pun ikut tersenyum ketika orang-orang itu memberikan senyuman pada Manda. Kemana orang-orang ini ketika Manda sedang dalam kejadian itu?

Pertemuan ini cukup menegangkan, dimana beberapa kali Farhan menanyakan bagaimana kehidupan Manda yang membuat Manda sedikit gugup. Papa El beberapa kali menganggukkan kepalanya ketika mendengar nama dari orang tua Manda, bertukar pandang dengan istrinya, Ranti. Mama El memang duduk disamping Manda, beberapa kali mengusap punggung Manda dan tersenyum. Entah senyuman apa itu, Manda tidak tahu.

Farhan memilih pergi dari ruangan itu ketika merasa pembicaraan itu telah disetujui. Pernikahan El dan Manda akan dilakukan dua hari kemudian untuk tidak mengulur waktu, menyadari bahwa perut Manda semakin lama akan semakin membesar dan itu akan memberikan dampak pada pekerjaan orang tua El juga.

Farhan dan Ranti tidak memberatkan dimana nanti El dan Manda tinggal. Apalagi rumah Manda kosong jika Farhan memaksa El dan Manda untuk tinggal disini. Manda kira, Farhan akan bersikap tak peduli. Tapi ternyata, dibalik semua itu Farhan sangat menyayangkan kejadian dan keteledoran El ini sehingga Manda menanggung semua ini.

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang