8

69 38 12
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

Tidak banyak yang Manda ucapkan. Dia hanya menggelengkan kepalanya saja setelah Ghani mengucapkan perkataan itu. Manda tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan nya jika Ghani akan meninggalkan nya lagi. Ghani datang membawa senyuman tanpa melihat banyaknya air mata yang Manda tumpahkan untuk laki-laki itu.

Manda menarik napas panjang, menetralkan ritme jantungnya. Dia menunduk dan memejamkan matanya. Sedangkan disana, Ghani menggenggam tangn Manda dengan erat. Tidak ada orang sama sekali disana. Hanya ada Manda dan Ghani di dalam mobil.

Beberapa mobil berjalan berlawanan arah tanpa menghiraukan mobil Ghani yang masih berhenti diam di tepi jalan itu.

Ghani menarik tangan Manda, mengecup pelan punggung tangan perempuan berkacamata itu. Manda menatap Ghani dengan tatapan sendu, dia tidak bisa menahan air matanya, menangis dengan tatapan yang ditangkap oleh mata elang Ghani. Laki-laki itu lagi-lagi mencium punggung tangan Manda dan tersenyum.

"Kamu udah punya pacar?"

Manda diam, dia masih menatap mata Ghani yang juga menatapnya dengan tatapan penasaran. Tatapan yang teduh, tidak pernah membuat Manda bosan.

Sekilas Manda mengingat wajah Aldo, laki-laki yang baru saja dia putuskan kemarin karena kesalahan yang menurut Manda bukan lagi kesalahan kecil. Laki-laki yang Manda jadikan orang penyembuh dalam luka hatinya. Jika Manda menjadi Aldo, Manda akan mengutuk dirinya sendiri juga karena dengan kejam membuat Aldo hanya pelampiasan diri nya saja karena ingin melupakan Ghani.

Perempuan berkacamata itu mengatup bibirnya, tidak menjawab pertanyaan Ghani barusan.

"Sebenarnya aku enggak mau kamu terus-terusan inget dan ungkit semua hal yang buat kamu sakit, tapi aku juga bingung caranya gimana supaya kamu enggak mikirin itu semua." Perempuan berkacamata itu meneteskan air matanya setelah Ghani mengucapkan itu. Dengan halus, Ghani mengusap air maya yang mengalir di pipi Manda.

Laki-laki itu menatap Manda lekat-lekat. Manda mengangguk dengan tangan kekar Ghani yang masih ada di pipi kanannya itu.

"Aku bisa nerima semuanya," Manda tersenyum pelan.

"tapi aku hancur," lanjut Manda.

Tidak ada yang berbicara. Manda sibuk dengan sesak di dada nya karena sudah menumpahkan semua perasaan yang selama ini dia simpan untuk Ghani, sedangkan laki-laki itu masih memegang tangan Manda.

Moment inilah yang Manda rindukan. Duduk berdua tanpa ada orang di sekitarnya, bercerita dan bertukar tawa dengan Ghani. Tapi sayang, ini bukan lagi bertukar tawa. Manda masih saja meneteskan air mata sedangkan Ghani sibuk dengan tatapan nya.

"Selamat ulang tahun."

Manda menarik kedua sudut bibirnya dengan pipi yang masih basah. "Kamu udah ngucapin itu tadi malam, Ghan."

"Gapapa, aku mau ngucapin yang lebih nyata di depan kamu setelah tiga tahun aku enggak ngucapin."

Genap tiga tahun Manda dan Ghani berpisah. Tiga tahun lama nya Manda memendam perasaan cinta nya kepada Ghani yang tidak kunjung hilang, apalagi dengan rasa rindu yang tak junjung selesai. Keduanya sama-sama tersenyum, Ghani melepaskan tangannya dan menyelipkan anak rambut Manda ke belekang telinga perempuan berkacamata itu.

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang