Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
."Lo..., tidur di–"
"Gue tidur di ruang tamu gapapa, lo tidur di kamar. Kalau ada apa-apa panggil gue," balas El dengan cepat ketika Manda dan dirinya baru saja masuk ke dalam rumah perempuan berkacamata itu. Betul, El menuruti permintaan Manda untuk menginap beberapa hari di rumah perempuan itu. Toh, El juga tidak mau Manda merasa bosan di rumahnya karena tidak pernah keluar kamar.
Manda mengulum bibirnya, ia menarik beberapa rambutnya lalu ia selipkan di belakang telinga. Perempuan itu melihat punggung El dari belakang, beberapa kali melihat sekeliling rumahnya yang sudah lama tidak ia kunjungi. Matanya menyipit melihat salah satu foto yang terpajang didinding itu.
Perempuan itu mendekat, matanya membulat ketika kaca foto itu pecah dan serpihan kaca itu berserakan dibawah. Apalagi yang membuat Manda terkejut adalah foto yang pecah ini adalah foto keluarganya. Dia, Melly dan Husein.
"Lah, kok pecah?" celetuk El saat laki-laki itu mengikuti Manda dari belakang. Laki-laki itu dengan sigap menahan pundak Manda ketika Manda hendak menunduk menyentuh serpihan kaca tersebut, "jangan. Nanti kena tangan lo, entar biar gue yang bersihin. Lo istirahat di kamar aja, enggak papa."
Perempuan berkacamata itu menoleh, sedikit mendongak untuk menatap laki-laki yang masih memegang kedua bahunya itu, "lo enggak papa, kan, kalau tidur di ruang tamu? Kalau nanti ada sesuatu lo bisa ke kamarnya Papa."
El memanyunkan bibirnya karena sedikit kaget dengan ucapan Manda. Ia mengangguk pelan saja sebagai jawaban. Perempuan berkacamata itu hanya menganggukkan kepalanya berulang kali lalu pergi meninggalkan El yang masih termenung diam melihat Manda yang pergi meninggalkannya itu.
****
Malam pun berganti pagi. Manda sudah bangun sejak jam enam tadi, ia keluar rumah dan menyapu depan rumahnya yang sudah banyak daun keringnya itu. Sesekali ia mengelus perutnya dan memberi senyuman kebeberapa orang yang berlalu lalang. Setelah menyapu, ia menoleh melihat El yang masih tertidur disofa depan tv ruang tamu itu. Akhirnya, Manda menutup pintu rumahnya dan memilih meninggalkan El sendiri dirumah.
Ia berjalan kaki, mengelilingi sekitaran rumahnya tanpa menggunakan alas kaki. Menginjak rerumputan yang masih dibasahi embun dan merenggangkan otot tangannya beberapa kali. Rasanya sangat nyaman, sudah beberapa bulan terakhir ini ia hanya berdiam diri di kamar El dan berjemur di balkon kamar sja.
Manda menarik napas panjang, ia berjalan menghampiri kursi besi panjang yang tak jauh dari pandangan rumahnya itu. Manda duduk dengan kaki ia luruskan kedepan. Sedikit sesak untuk bernapas lebih cepat karena perutnya yang sudah sedikit membesar itu. Manda menunduk, mengusap perutnya yang mungkin saja beberapa bulan kedepan akan lebih besar dari ini. Banyak sekali pertanyaan dalam benaknya setelah menyadari bahwa ada bayi dalam perutnya. Apa dia bisa melahirkan secara normal? Apa dia masih mempunya kesempatan hidup setelah melahirkan atau malah sebaliknya?
Dia sudah tidak pernah lagi memakai celana-celana jeansnya. Manda hanya memakai dress selutut dan celana legging yang membuat perutnya nyaman tanpa sesuatu yang menyempitkan perutnya. Seperti pagi ini, ia hanya menggunakan dress selutut kain satin berwarna hitam.
"Hai."
Sontak saja Manda terkejut dan menoleh karena seseorang yang menyentuh bahunya dan menyapanya. "Ghani? Kamu ngapain disini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Romansa[SELESAI] 18+ "Kepergianmu bukan lagi hal yang harus aku tangisi. Karena kehadirannya, membuatku tau bahwa takdir tidak bisa dipaksakan." - Amanda Putri. Kedatangan Ghani kembali dalam hidup Manda adalah suatu penantian terindah dalam hidup Manda se...