27

62 31 23
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

Sudah terhitung satu jam El memejamkan matanya. Tapi laki-laki itu belum juga tertidur, dia hanya memejamkan matanya berharap akan tertidur. Hanya suara jam dinding yang terus berbunyi. El menoleh melihat Manda yang sudah tertidur diatas ranjang sama.

Cantik.

Wajah cantik Manda yang tertidur pulas secara tidak sadar membuat El tersenyum. El memutar tubuhnya menjadi menghadap sepenuhnya kearah Manda. Jujur saja, tubuhnya terasa pegal selama beberapa bulan ini memilih untuk tudur disofa. Mengingat kejadian tadi pagi membuat El tidak berhenti tersenyum, dimana dia mendengar Manda berbicara padanya lebih lama dan membuat perempuan berkacamata itu kesal.

Tapi itu hanyalah beberapa saat saja. Manda kembali diam seperti biasanya, mengangguk dan menggelengkan kepala saja jika berbicara dengan El.

"El."

Manda berdecak ketika dia sudah memanggil El berulang kali tapi laki-laki itu belum juga mendatangi dirinya dikamar mandi. Manda menoleh melihat air yang tidak mau keluar dari tadi, padahal dia sudah kebelet untuk buang air kecil. Akhirnya, perempuan berkacamata itu melangkah keluar melihat El yang tertidur pulas disofa itu.

Dia mendekat sambil berjalan dengan hati-hati, sesekali ia mengusap perutnya dan memegang pinggangnya sendiri. Manda berdecak lagi-lagi, belum memasuki trimestri dua Manda sudah merasakan banyak perubahan dalam tubuhnya. Berjalan tidak secepat dulu, tubuhnya sering sakit-sakitan dan yang jelas sering merasakan kesal jika El pergi menjauh dari jangkauannya.

"El," panggil Manda dengan pelan. Ia sedikit membungkuk untuk menyentuh lengan laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu. "Bangun, El...."

Perempuan berambut panjang itu menoleh melihat jam dinding yang masih menunjukan pukul jam setengah tiga dini hari. "El, bangun, dong."

Laki-laki bertubuh tinggi itu mengerang pelan, membuka matanya dan secara perlahan ia menoleh lalu menatap Manda yang berdiri dihadapannya. El pun terduduk, menyentuh tangan Manda dan menaikan kedua alisnya. "Kenapa?"

"Air dikamar mandi mati, El. Gue kebelet pipis."

"Yaudah, sini, disini," jawab El dengan tangan yang mengadah dan ia ulurkan kearah Manda sehingga perempuan itu terdiam menatap kelakuan laki-laki itu.

Manda berdecak, menghentakkan kedua kakinya kesal karena respon El yang masih saja bercanda sedangkan dia sudah menahan untuk membuang air kecil. "Apaan, sih, El! Gue serius, ya, ampun!"

El tertawa pelan dengan keadaan yang ngantuk berat. Laki-laki itu pun berdiri, berjalan mengecek apa yang Manda keluhkan dikamar mandi. El pun ikut berdecak ketika benar air didalam kamar mandinya tidak keluar. Laki-laki bertubuh tinggi itu pun keluar, ia melihat Manda yang duduk menyandar disofa tempat dia tidur. "Ayo gue anterin ke kamar mandi dibawah aja, mau? Keknya besok baru bisa diperbaiki."

"Gue malu, El."

"Malu apanya, Man? Ini jam berapa, enggak bakalan ada orang juga dibawah sana. Udah pada pingsan semua," balas El dengan heran.

Mau tidak mau, Manda pun mengangguk. Dengan pelan dia berdiri dan menghampiri El untuk sama-sama turun kebawah. Manda menepis ketika El yang baru saja ingin membantunya untuk berjalan, laki-laki itu hanya bisa diam ketika Manda menepisnya dengan pelan. Akhirnya El berjalan lebih dulu, sesekali menoleh kearah Manda yang berjalan di belakangnya.

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang