35

67 29 28
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

Dengan hati yang sangat berat El kembali menutup pintu kamar Manda. Perempuan berkacamata itu tidak ada di rumahnya, El sudah mencarinya sejak malam tadi bahkan El pergi ke kost Thea yang El tahu dari salah satu teman Thea di kampus. Ya, El bahkan pergi ke kampus untuk mencari keberadaan perempuan berambut coklat itu.

Rasanya sangat lelah, kemana lagi dia harus mencari istrinya itu? Sudah dua hari dia tidak mendapatkan kabar, ponsel perempuan berkacamata itu tidak bisa dihubungi sama sekali sejak kejadian malam itu.

El pun terduduk, ia mengusap wajahnya dan menunduk menyesali semua perbuatannya. Ucapan kata cerai yang Manda ucapkan saat itu benar-benar memenuhi otak laki-laki bertubuh tinggi ini. El takut jika itu akan terjadi, dia tidak mau kehilangan perempuan itu, dia telah berhasil memberi seluruh cintanya kepada Manda. Dia telah menyayangi Manda sepenuh hatinya.

Dia bahkan tidak malu untuk menangis di depan umum agar Manda tidak pergi meninggalkannya. Ia berlutut dan memohon agar perempuan itu tetap tinggal di rumah.

Dua hari ini adalah dua hari terburuk dalam hidup El. Dia tidak memeluk Manda, mengelus perut Manda dan mencium Manda saat menjelang tidur rasanya seperti ada yang kurang. Di mana perempuan itu sebenarnya? Apa dia baik-baik saja? Perutnya aman, kan?

"Manda, kamu di mana, sayang..., aku kangen sama kamu."

*****

"Thea, lo dimana? Thea...."

Sudah berulang kali memanggil sahabatnya itu, namun perempuan berambut coklat itu tidak merespon panggilannya. Manda mendengus, perempuan itu pergi tanpa berpamitan dengannya. Dengan pelan Manda berjalan masuk ke dalam kamarnya, ia mengusap perutnya yang sudah besar itu.

Dua hari ini menjadi saksi bahwa Manda sebenarnya tidak bisa tidur jika tidak ada El di sampingnya, dia gelisah, rasanya sangat susah memejamkan mata. Biasanya El selalu mengelus perut Manda, mengusap sayang kepala Manda sampai perempuan berkacamata itu tertidur. Sederhana, tapi untuk Manda dia tidak bisa membohongi jika dirinya juga merindukan laki-laki itu.

Tok! Tok! Tok!

Manda terdiam, ketukan pintu dari luar membuatnya yang tadi termenung kini menoleh kearah pintu depan. Dengan pelan Manda berdiri, ia berjalan untuk membuka pintu yang baru saja diketuk seseorang itu. Mungkin Thea, batin Manda sambil membuka pintu.

Perempuan berkacamata itu mengerjap, rupanya seseorang itu adalah perempuan yang malam itu duduk dipangkuan El. Mila. "Ngapain lo kesini?"

"Gue mau ngomong sama lo, sebentar, aja. Bisa?"

Hening. Manda hanya menatap Mila dengan tatapan datar. "Gue bener-bener mau ngomongin ini sama lo, Man. Sorry banget karena gue udah lancang ngikutin lo kemarin dari rumah El. Makanya gue tau kalau lo di sini."

"Gue enggak ada waktu, Mil. Mending lo pulang, gue udah enggak mau bahas masalah itu, udah selesai."

Mila menggeleng cepat, "dengerin dulu apa yang mau gue omongin. Gue enggak enak sama lo, Man. Gue udah ngerusak rumah tangga lo, makanya gue kesini untuk jelasin semuanya supaya lo enggak salah paham sama gue."

Perempuan berkacamata itu pun tanpa berbicara membuka pintu dengan lebar, ia memalingkan wajahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dengan canggung Mila akhirnya masuk ke dalam apartemen itu.

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang