Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.Manda terus berdiri di belakang perawat yang sedang membersihkan serta memberikan penanganan pada tangan El. Perempuan berkacamata itu sama sekali tidak minat untuk duduk walau pun Rizki terus menyuruhnya untuk duduk, dia memilih berdiri sambil menatap El yang memejamkan matanya dan sesekali meringis kesakitan.
Perasaan Manda mulai bercampur aduk. Dia merasa bersalah karena sudah mendiami El selama beberapa hari ini dan tiba-tiba saja El mendapatkan serangan tiba-tiba dari seseorang yang tidak mereka kenal. Untung saja, Rizki dengan cepat datang ke rumah Manda. Walau pun tadi El sudah mulai terlihat lemas karena banyaknya darah yang keluar dari tangan kanan El. Manda pun tidak lupa menelfon Bu Yati untuk datang kerumah dan dengan berat hari menyuruh wanita tua itu membersihkan darah yang ada dilantai rumah Manda.
"Sorry, gue baru dateng. El gimana?"
Manda dan Rizki secara bersamaan menoleh, Tama dengan tergesa-gesa berlari kecil menghampiri Manda dan Rizki. Hanya Tama. Manda tidak melihat kehadiran Ghani di sana. Tama celingak-celinguk untuk mengintip beberapa perawat yang ada disekeliling El. "Enggak papa, kan?"
Rizki mengangguk pelan. "Aman, untung cepet tadi dibawa ke rumah sakit. Udah banyak banget darah keluar soalnya, El juga udah sampai lemes."
"Emang siapa, sih? Kok bisa-bisanya langsung kayak gitu?"
Laki-laki yang sedang berkacak pinggang ini mengedikan kedua bahunya. "Mana gue tau. Emang sering, ya, Man, orang neror rumah lo?"
Perempuan berkacamata itu menoleh dan mengangguk saja. Setelah itu, dia kembali melihat El yang terbaring dengan wajah yang pucat itu. Wajar saja El lemas, jarak rumah sakit dengan rumah Manda cukup jauh. Sedangkan darah ditangan El sama sekali tidak berhenti mengalir keluar. "Lo udah coba lapor ke polisi?"
Manda menggeleng.
"Lapor, dong. Jangan diem aja. Apa jangan-jangan ini ada kaitannya dengan kasus pembunuhan bokap lo waktu itu, Man?"
Reflek Tama menunjuk Manda, "nah! Bener."
Perempuan berambut panjang itu sama sekali tidak merespon. Dia tetap diam dengan menggigit jarinya sendiri sambil terus menatap El. Rizki dan Tama menjadi diam ketika respon Manda juga diam. Beberapa perawat itu akhirnya selesai, selang infus itu sedikit mengganggu pergerakan Manda untuk mendekat. Akhirnya, Manda menggeser tiang infus itu sedikit menjauh. Manda langsung berdiri tepat di samping El, mengusap kepala laki-laki yang berusaha membuka matanya perlahan.
Begitu juga dengan Rizki dan Tama yang ikut berdiri di samping Manda. "Gimana? Aman?"
El mendengus, tersenyum pelan dan mengangguk. Laki-laki itu hanya mengangkat ibu jarinya menandakan dirinya baik-baik saja, "aman."
"Lo tau siapa pelakunya? Lihat mukanya?" tanya Rizki.
El menggeleng. "Ketutup semua, cuma matanya aja kelihatan tadi."
"Lo harus lapor polisi, El. Lo enggak bisa diem aja, apalagi Manda lagi hamil. Gimana nanti kalau lo enggak ada di rumah dan orang itu nyelakain Manda?" Rizki terus saja berbicara, sedangkan Tama hanya mengangguk mengiyakan semua ucapan Rizki yang menurutnya memang sependapat dengan Tama. "Atau sementara waktu kalian jangan di rumah itu dulu sampai pelaku itu ketemu."
![](https://img.wattpad.com/cover/374274712-288-k141142.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Romance[SELESAI] 18+ "Kepergianmu bukan lagi hal yang harus aku tangisi. Karena kehadirannya, membuatku tau bahwa takdir tidak bisa dipaksakan." - Amanda Putri. Kedatangan Ghani kembali dalam hidup Manda adalah suatu penantian terindah dalam hidup Manda se...