24

62 32 20
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

Hujan deras terus mengguyur kota ini, setelah El dan Thea pulang Manda kembali sendirian dirumah. Dia hanya duduk depan televisi dan menonton beberapa drama serial yang sebetulnya sudah pernah dia tonton bersama almarhum ayahnya. Walau pun drama itu terus berputar, otak dan mata Manda mengarah kearah yang berbeda.

Memang betul, Manda menatap fokus kearah televisi itu tapi tidak dengan isi otaknya.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya cepat, ucapan-ucapan El tadi membuatnya betul-betul tidak fokus. Manda mengusap wajahnya dan menarik napas panjang, dia mengambil kembali beberapa makroni yang ada ditoples pangkuannya lalu memakannya. Manda terkejut ketika pintu rumahnya terketuk cukup keras, wajar saja seseorang itu mengetuk pintu rumah itu karena hujan cukup mengganggu pendengaran Manda.

Manda menoleh melihat jam dinding yang menunjukan pukul jam satu malam, setelah melihat jam dia kembali menoleh kearah pintu rumah yang tak jauh dari jangkauannya. Siapa kira-kira yang datang semalam ini?

Dengan pelan, Manda menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, dia berdiri dan berjalan sangat pelan menuju cendela yang ada disamping pintu itu. Dengan keberanian yang sudah Manda kumpulkan walau detak jantung yang berdetak kencang, Manda memberanikan diri untuk membuka gorden itu dan melihat siapa seseorang itu.

Manda tertegun ketika melihat seseorang yang berlari kecil dari rumahnya. Seseorang itu menggunakan jaket coklat yang menutupi kepalanya, celana jeans panjang berwarna hitam dan menggunakan sepatu berwarna putih. Manda berdecak tidak bisa melihat seseorang itu karena jaket yang dia gunakan. Seseorang itu berlari cukup cepat sehingga hitungan detik kemudian, keberadaan seseorang sudah tidak meninggalkan jejak.

Perempuan berkacamata itu terdiam ketika tidak sengaja melihat kotak yang ada tepat didepan pintu rumahnya. Manda menoleh kesana kemari memastikan tidak ada orang lagi diluar sana, ia pun membuka pintu rumah itu dan mengambil kotak dengan sangat cepat.

"Huuffftss!"

Manda memejamkan matanya dan menyandarkan tubuhnya, dia merasakan debaran sangat kuat ketika mengambil kotak tadi. Sekarang dia sudah dibalik pintu dengan kotak dalam genggamannya. Manda duduk, menarik kembali selimut yang tadi dia pakai untuk menghangatkan tubuhnya. Perempuan berkacamata itu kembali mengingat seseorang yang lari tadi, kira-kira apakah seseorang itulah yang selalu memberinya kotak-kotak misteri ini?

Dia pun membukanya, tanpa diduga isi kotak itu membuat Manda terenyuh. Beberapa lembaran foto dirinya dan mendiang ibunya yang sudah lama meninggal, difoto itu Manda masih berusia kira-kira enam belas tahun saat itu. Dimana ibunya baru saja didiagnosa mengidap penyakit yang ganas saat itu.

Tanpa sadar, Manda meneteskan air mata dengan senyuman manis dibibirnya. Dia melihat beberapa lembaran foto yang betul-betul membuatnya semakin merindukan Melly, ibunya.

Rindu, ya? Sama, gue juga. Dengan ini gue harap lo ingat siapa gue. Jangan di ledekin, yah. Itu foto kita waktu kecil.

Gimana kandungan lo? Aman?

Manda refleks tersenyum pelan. Tapi, setelah membaca secarik kertas itu, Manda mendapatkan satu lembar foto yang menggambarkan anak perempuan dan anak laki-laki yang berusia 6 tahun saling melemparkan senyuman lebar. Anak laki-laki itu merangkul erat leher anak perempuan yang memakai bando berwarna biru itu dan sedangkan anak perempuan itu memeluk bola basket yang melebihi besar rangkulan tangannya. Yah, anak perempuan itu adalah Manda. Tapi, siapa anak laki-laki yang ada di sampingnya itu?

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang