37 - End

125 32 26
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

Suasana dalam ruang persalinan semakin menegang. El sudah berdiri tepat di samping perempuan yang sedang mempertaruhkan nyawanya. Manda terus menarik napas lalu membuangnya secara teratur, tangannya mencengkeram kuat tangan El dan tepi ranjang.

Pakaian Manda pun sudah berganti baju medis, begitu juga dengan El yang sudah melapisi dirinya dengan baju medis. Beberapa perawat dan dokter sibuk menyiapkan beberapa alat dan sesekali mengecek keadaan Manda yang sudah mengeluarkan keringat sebesar biji jagung.

El berusaha untuk tetap tenang, ia mencium beberapa kali kening Manda dan menguatkan perempuan itu. El tanpa sadar sudah membendung air mata, ia berdoa sebisa mungkin agar Manda selamat beserta bayi dalam kandungannya. "Kuat, ya, sayang. Kamu pasti bisa, Manda."

"El, sakit banget," lirih Manda.

Laki-laki itu mengangguk. "Aku tau, kamu pasti bisa. Harus kuat, sebentar lagi anak kita lahir, Man."

Ranti dan Farhan menunggu di luar. Tak berselang lama, Rizki, Ghani, Gisel dan Thea pun datang secara bergiliran. Suasana sangat menegangkan, Thea terus memeluk tubuh Ranti dan menguatkan perempuan itu.

El meneteskan air matanya ketika bayi itu lolos keluar dari rahim Manda. Seisi ruangan mengucapkan syukur begitu pun Manda yang masih dalam keadaan lemas, el mengecup berulang kali kepala Manda dan tersenyum bahagia.

"Manda, anak kita perempuan, sayang."

Manda mengangguk lemas, pelan ia mencium pipi El yang ada di hadapannya tanpa malu sedikit pun.

"Kamu jaga baik-baik, yah. Jangan pernah marah atau pukul dia sediki pun."

Laki-laki itu mengangguk antusias tanpa memikirkan apa maksud ucapan Manda barusan. El pun di suruh untuk menunggu di luar saat Manda akan dibersihkan, laki-laki itu pun keluar dan melepaskan semua baju medis yang ada ditubuhnya. "Ma, Pa!"

El langsung menghambur pelukan ke Ranti dan Farhan.

"Anak aku perempuan, Ma, Pa!"

Laki-laki itu benar-benar merasakan bahagia yang sesungguhnya. Dia memeluk sahabatnya satu persatu dan tersenyum bahagia. Namun, ketika ia melepaskan pelukan dari Rizki. Dokter yang tadi menangani Manda melahirkan pun keluar dengan wajah yang tidak bisa ditebak.

"Maaf, bisa saya bicara dengan keluar dari Ibu Manda, terutama sama suaminya yang tadi menemani Ibu Manda di dalam?"

"Saya, dok!" jawab El dengan cepat.

Dokter itu menarik napas panjang dan ia hembuskan secara perlahan. "Maaf, Bapak. Ternyata Ibu Manda mengalami pendarahan pada rahimnya dan setelah kami cek ternyata pendarah ini dikarenakan banyak luka di dalam rahim Ibu Manda. Sampai pada akhirnya, Ibu Manda sudah tidak bisa kita selamatkan karena luka itu ternyata cukup besar. Kami sangat berat untuk mengabarkan ini. Setelah kami bersihkan nanti semua seisi ruangan, beberapa dari kalian bisa masuk untuk melihat Ibu Manda."

Deg.

El mematung. Bahagia yang menyelimuti hatinya barusan hanyalah bahagia sesaat. Bagai ribuan pisau menyayat hatinya dan pernapasan El ketika mendengar bahwa istrinya sudah meninggal dunia karena pendarahan. Kaki El melemas, ia menggeleng cepat tidak percaya dengan ucapan dokter barusan.

Tanpa menunggu persetujuan El pun langsung menerobos masuk dan melihat Manda yang sudah menutup mata dengan sempurna. El menggenggam tangan Manda dan membangunkan Manda.

"Manda! Hei, Sayang! Enggak, kamu enggak boleh pergi, kamu udah janji, kan, bakal rawat anak kita sama-sama."

Tubuh perempuan itu sama sekali tidak merespon, El sudah mencium perempuan itu berulang kali tapi tetap saja Manda tidak merespon apa pun. El menggeleng terus menerus, dia merasakan sangat sesak didadanya hanya untuk bernapas. "Kamu udah janji sama aku kamu enggak bakalan kemana-mana lagi, kan. Kenapa kamu pergi, sayang? Aku butuh kamu di sini, ada anak kita yang butuh kamu, Manda."

El terisak keras, sebisa mungkin ia memastikan bahwa Manda tidak meninggal dunia. Ini hanyalah mimpi, perempuan itu tidak akan pergi meninggalkan El dan anaknya sendiri. Manda sudah berjanji, dia akan tetap bersama El selamanya.

"Aku enggak pergi, enggak akan pergi. Jangan kayak gini lagi, ya? Aku sayang sama kamu, aku akan di sini selamanya sama kamu, El."

"Kalau seandainya nanti aku lahiran, terus nanti aku enggak selamat. Apa kamu bakalan nikah lagi?"

"Kamu sayang, kan, sama aku?"

"Aku mau kalau anak kita nanti perempuan, kita kasih nama Amanda Ganendra. Ada namaku sama namamu."

"Enggak kenapa-napa. Kamu jadi ngerasa kalau aku selalu ada di dekat kamu, apalagi kalau cewek. Kamu enggak bakalan lupa sama aku karena anak kita punya nama yang sama dengan namaku."

"Kamu jaga baik-baik, yah. Jangan pernah marah atau pukul dia sediki pun."

Semua ucapan perempuan itu berputar bagaikan rekaman suara dalam benak El. Pupus sudah harapan El untuk melanjutkan hidupnya bersama Manda.

Tidak ada lagi canda tawa perempuan berkacamata itu. Jantungnya sudah tidak memompa seperti dulu lagi, hanya ada nama. Omelannya setiap El menggodanya, pelukan hangatnya dan suara yang selalu membangunkannya tengah malam saat air dalam kamar mandi tidak berjalan. Perempuan itu sudah pergi.

El tidak akan pernah melupakan sosok perempuan berkacamata itu. Perempuan yang tadi pagi baru saja membuatkan dirinya makanan pertama kali setelah sudah beberapa bulan menjadi istrinya. Perempuan yang memanggilnya sayang beberapa jam yang lalu.

Dia adalah Manda. Perempuan itu pergi meninggalkan El untuk selamanya. Ia meninggalkan kenangan yang sangat amat besar, terutama anak perempuan yang akan menggantikan posisi Manda dalam hidup El.

Amanda Ganendra.

END


•••••••••

Alhamdullilah akhirnya selesai juga.
Semoga kalian terhibur dengan semua cerita-cerita aku. Makasih banyak yang sudah berantusias membaca 'Pergi'
Maaf kalau selama 'Pergi' berlangsung ada banyak unsur kata, nama dan alur yang membuat pembaca tersinggung atau merasa ini kisah orang atau bahkan ada dicerita lain.

Saya perjelaskan sekali lagi, ini MURNI hasil dari otak saya sendiri. Ini fiksi, beberapa kisah nyata saya ambil dalam kehidupan saya sendiri. Sama sekali tidak ada yang saya ambil dari kejadian/kisah orang lain.

Terima kasih♥️

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang