14

64 40 13
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

"Pulang bareng gue?"

Manda menoleh, disampingnya El berdiri dengan Gisel yang juga berdiri disamping sebelah kirinya.

Malam ini tidak sesuai dengan ekspetasi Manda. Dimana dia memikirkan untuk menghabiskan waktu bersama Ghani, laki-laki itu justru tidak kelihatan semenjak menarik Lista dari hadapannya. Tidak banyak yang di lakukan, hanya makan bersama dan menukar cerita semasa kuliah teman-teman Manda.

Perempuan berkacamata itu hanya diam selama reuni itu berlangsung. Beberapa kali Manda menegur Gisel untuk tidak memakan makanan yang berminyak karena mengingat kejadian yang Ghani ceritakan tadi dan syukur saja Gisel menurut padanya. Gisel sempat menanyakan keberadaan Ghani pada Manda, Manda hanya menggeleng dan mengatakan Ghani mengantar salah satu temannya.

Gisel tahu, Manda sedang menyembunyikan sesuatu. Dari gerak-gerik Manda yang selalu menoleh kesana kemari dan sesekali menunduk. Rupanya Manda bukanlah perempuan yang gampang akrab dengan orang lain, apalagi dengan teman-temannya. Sepanjang waktu Manda hanya berbicara dengan Gisel dan Thea saja.

Manda pun mengiyakan ajakan El untuk pulang bersama. Padahal tadi, Manda ingin pulang bersama Thea saja. Tapi sahabatnya itu lagi-lagi pulang lebih dulu tanpa memberitahukan alasan apa yang harus Manda dengar. Ya, sahabatnya memang selalu seperti itu dan Manda sama sekali tidak pernah bertanya kemana Thea pergi.

Manda melambaikan tangan saat El dan Gisel berlalu dengan mobil milik El. Ketika memastikan mobil itu hilang dari pandangan Manda, perempuan berkacamata itu pun masuk kedalam rumah. Sesak di dadanya teramat terasa, ini bukan sesak karena pernafasan Manda. Tapi Manda mengingat lagi kata-kata ucapan Lista tadi.

Perempuan berkacamata itu menoleh, memperhatikan sekelilingnya yang tampak sangat sepi. Suasana rumah yang sunyi. Lampunya mati dan tidak ada suara apa pun yang terdengar selain suara detak jantungnya sendiri. Manda berjalan sangat pelan, mencari keberadaan saklar lampu. Manda tersenyum lebar saat mendapatkan saklar itu dan memencetnya.

Namun, perasaan lega itu seketika berubah ketika melihat tubuh Husein tergeletak di lantai. Betapa terkejutnya Manda. Tubuhnya bergetar hebat, jantungnya seakan-akan berhenti berdetak, nafasnya tersenggal dan matanya seperti tidak bisa mempercayai apa yang dia lihat sekarang.

"PAPA!!"

Aroma amis yang semerbak menerpa indera penciuman Manda membuat Manda diam seperti patung disana. Dengan perasaan syok, Manda langsung menghampiri tubuh Husein yang sudah tidak bernyawa. Manda berteriak sekencang mungkin melihat Husein yang tentu saja sudah tak bernyawa disana. Manda dengan cepat menarik kepala Husein dan memangkunya di paha.

Terdapat pisau yang menancap dada kiri Husein. Ia dibunuh. Darah segar nan amis masih mengalir keluar dari tubuhnya. Manda pun menangis sejadi-jadinya sambil memeluk kepala Husein, tanpa peduli bahwa darah Husein mulai menempel di baju dan celana yang ia kenakan.

*****

Setelah pemakaman berlangsung, Manda kembali pulang kerumah. Rumah yang terlihat sangat sunyi tanpa sambutan dari Husein. Beberapa polisi pun baru saja pulang dari sini, menyelidiki beberapa bercak yang mencurigakan. Rasanya masih tidak percaya Manda akan ada di dalam posisi seperti ini, tidak mempunya kedua orang tua di usianya yang masih terbilang muda.

Kehilangan Husein meninggalkan trauma yang sangat mendalam. Mengingat bagaimana sikap dan perilaku Husein yang sangat sayang padanya, menyambutnya dari luar dan selalu tidak pernah lupa dengan hal-hal kecil kesukaan Manda.

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang