Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.Hari semakin hari semakin menampakkan perubahan, yang tadinya begitu terang karena matahari siang, kini perlahan gelap karena kehadiran bulan. Angin yang begitu dingin menyapu kota ini, ribuan bintang menghiasi langit yang bersih tanpa awan hitam sedikit pun diatas sana.
El duduk dengan menyandarkan tubuhnya disofa ruang tengah, dia meringis pelan ketika ia berusaha untuk menegakan tubuhnya namun rasa sakit dadanya masih sangat terasa. Beberapa panggilan tak terjawab itu menghiasi layar ponsel El, laki-laki itu sama sekali tidak tertarik untuk menelfon balik perempuan bernama Lista.
Dia berdecak ketika lagi-lagi Lista menelfonnya, dengan cepat dia mematikan ponselnya dan melemparnya kesampingnya. Ia kembali menatap depan dan menonton televisi sedang menampilkan acara yang sama sekali tidak membuat fokus El untuk menyaksikannya. Dia hanya sesekali menarik napas panjang dan mengusap dada bagian rusuk kanannya.
"Mau ngomong apa kamu, El?"
Laki-laki itu menoleh ketika Farhan –Papa El– datang dengan Ranti –Mama El– di belakangnya. "Ma, buatin papa kopi dulu, boleh?"
Ranti tersenyum dan mengangguk, ia mengusap sayang lengan Farhan lalu berlalu jalan menuju dapur. Walau pun dirumah ini ada beberapa pembantu, Farhan selalu menyuruh Ranti membuatkan kopi untuknya. Katanya, tidak ada kopi seenak buatan istri tercintanya sendiri. Ranti pun tidak pernah menolak jika suaminya itu menyuruhnya untuk membuat kopi, sesibuk apapun.
Farhan menghela napas lega ketika dia duduk disalah satu sofa tunggal yang ada didepan anak laki-laki satu-satunya itu. Farhan menyandarkan tubuhnya dan memalingkan wajahnya menatap El, dia mengernyit ketika menyadari wajah El yang banyak lebam dan plaster luka yang menempel dipipi bagian kirinya itu. "Mukamu itu kenapa bisa sampai babak belur begitu? Berantem lagi kamu?"
El tertawa pelan, "iya, Pa."
Pria yang sudah berumur itu hanya menggeleng saat mendengar jawaban dari anaknya itu. Ketepatan dengan Ranti yang datang dan menaruh secangkir kopi itu dimeja depan Farhan dan El. Wanita berambut pendek itu memutari sofa untuk duduk disamping El.
"Jadi? Apa yang kamu mau omongin, sekarang Mama sama Papa udah ada didepan kamu," ucap Farhan.
Ranti mengangguk, "iya. Ada apa, El? Kayaknya penting banget sampai kamu suruh Mama sama Papa pulang lebih cepat dari Surabaya."
"El ngehamilin anak orang, Ma, Pa."
Hening.
"BWAHAHA!"
Farhan tertawa keras saat beberapa detik tadi hening. Tapi tidak dengan Ranti yang hanya mengernyitkan keningnya. El menaikan kedua alisnya ketika Farhan memilih untuk tertawa daripada bertanya apa maksud dari ucapan El barusan. "El serius, Pa. El enggak bohong."
Suara tawa tadi yang sangat menggelegar, kini perlahan meredup. Wajah yang begitu terlihat menertawakan hal konyol perlahan mendatar dan melipat kedalam bibirnya sendiri. Farhan menoleh dengan tatapan yang membuat El menundukkan kepalanya.
BRAK!
"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?!"
El dan Ranti terpenjat kaget ketika Farhan menaikan suaranya dan memukul keras meja yang ada dihadapannya. Gebrakan itu berhasil membuat El lebih dalam menundukkan kepalanya walaupun dengan tangan yang masih sama memegang rusuk bagian kanannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Romansa[SELESAI] 18+ "Kepergianmu bukan lagi hal yang harus aku tangisi. Karena kehadirannya, membuatku tau bahwa takdir tidak bisa dipaksakan." - Amanda Putri. Kedatangan Ghani kembali dalam hidup Manda adalah suatu penantian terindah dalam hidup Manda se...