Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.Manda berlari dengan cepat, dia menoleh kesana kemari yang sama sekali tidak memperlihatkan ada siswa-siswi yang masih ada di luar sekolah. Perempuan berambut panjang serta berkacamata itu mempererat buku dalam pelukannya, ia merasakan kaki nya sedikit keram karena berlarian.
Tapi Manda tidak peduli, dia sudah telat beberapa menit dan benar saja gerbang sekolahnya sudah tertutup. Manda menggerutu sambil mengusap pelipis nya yang sudah di biasi dengan keringat-keringat kecil sehingga membuat beberapa anak rambutnya basah. Suasana dalam sekolah sangat sunyi, hanya ada suara samar guru-guru yang sedang menjelaskan.
"Duh, gimana, sih!"
Manda menunduk melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Untung saja ini bukan hari senin, bisa-bisa dia akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi. "Lo telat?"
Perempuan berkacamata itu terkejut, dengan cepat menoleh kebelakang melihat laki-laki jangkung berdiri di belakangnya. Laki-laki itu tidak menggunakan tas, melainkan yang tersampir di bahu kanan nya adalah jaket merah miliknya. Dia terkekeh pelan saat Manda mengangguk.
"Kenapa enggak telfon Ghani? Pacar lo, kan?"
Manda mengernyit. "Dari mana lo tau?"
"Gue ini El, jelas gue tau siapa pacar sahabat-sahabat gue."
Laki-laki itu adalah El, sahabat Ghani yang di maksud pacar Manda tadi. Manda hanya diam, dia tidak tahu harus mengucapkan apa. Pasalnya, baru dua minggu Ghani dan dia berpacaran. Tapi Ghani tidak bisa menepati janji nya agar tidak memberitahukan pada siapa pun tentang hubungan ini.
Bukan apanya, Manda hanya tidak suka menjadi perbincangan di sekolah ini. Dia tidak suka menjadi pusat perhatian siswa-siswi lainnya. Apalagi Ghani adalah siswa yang cukup dikenal banyak siswa-siswi di sekolah ini, termasuk sahabat-sahabat nya.
Beda dengan Manda yang sama sekali tidak banyak di kenal orang. Dia termasuk siswi yang biasa saja, tidak pernah menang dalam lomba apapun dan dengan penampilannya yang sederhana. Walaupun Ghani pernah mengatakan bahwa Manda cantik, apalagi jika menguncir rambutnya.
"Mau gue bantuin?"
"Ha?" Manda mengerjap bingung. "Caranya?"
El tidak berbicara, dia berjalan dan hanya memberi kode agar Manda mengikuti langkahnya. Benar saja, Manda dan El sampai di taman belakang sekolah. Cukup capek, Manda merasakan sesak di dadanya saat sebenarnya dirinya sudah tidak mampu untuk melangkah lagi. Tapi Manda memaksakan dirinya, dia tidak ingin El mengatai dirinya lemah. Yah, walaupun memang Manda lemah.
Langkah Manda terhenti, detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Sedangkan El, laki-laki itu memberikan setengah senyuman saja dan tetap berjalan mendekat kearah tiga laki-laki yang membuat Manda menghentikan langkahnya.
Yap, benar saja. Disana ada Ghani, Tama dan Rizki.
Ghani mendengus pelan, duduk dengan santai menyandarkan tubuhnya di tembok dengan kaki yang menjuntai ke bawah, nyaris menyentuh tanah. Laki-laki itu melirik kearah El sekejap sebelum menatap Manda yang terlihat gugup disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Romantizm[SELESAI] 18+ "Kepergianmu bukan lagi hal yang harus aku tangisi. Karena kehadirannya, membuatku tau bahwa takdir tidak bisa dipaksakan." - Amanda Putri. Kedatangan Ghani kembali dalam hidup Manda adalah suatu penantian terindah dalam hidup Manda se...