13

66 41 11
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

"Hei."

Ghani menarik tangan Manda yang berusaha menjauhinya. Perempuan berkacamata itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun saat Ghani mendekat kearahnya. Tangan Ghani berusaha untuk menggapai tangan Manda. Ghani menyungging senyumnya melihat Manda yang sedang cemburu itu. Ghani menoleh kesana kemari, Gisel sedang sibuk ikut berdiri dengan ketiga sahabatnya yang sedang membakar beberapa makanan disana.

Sedangkan Thea, perempuan berambut coklat itu sedang berbicara dengan perempuan yang tadi datang lalu memegang lembut dada bidang Ghani sehingga membuat suasana hati perempuan berkacamata yang duduk di sampingnya dan membelakanginya itu rusak.

Lagi-lagi Ghani mencoba untuk menyentuh lengan Manda yang betul saja langsung di tepis pelan oleh Manda. Perempuan itu juga bingung, entah kenapa dari dulu kedekatan Ghani dengan perempuan tadi membuat suasana hati Manda langsung buruk seketika. Manda tidak suka Ghani dekat dengan perempuan yang sering membully nya dulu.

Tanpa berbicara, Manda memperbaiki posisi duduknya menjadi sedikit bergeser mendekat Ghani. Perempuan itu berdeham sebentar lalu menaikan tata letak kacamata yang pemberian Ghani saat masih sekolah dulu.

"Dia ... tau tentang kita?"

Ghani menggeleng. "Kayaknya sekarang dia tau."

Laki-laki itu mendongak, menatap kedepan. "El tadi siang ke kampusmu?"

"Darimana kamu tau?" Tanya Manda.

"Dia yang ngomong sendiri, pulang dari sana dia langsung ke rumah sakit pas tau Gisel keracunan." Ghani menatap Manda. "Kamu di teror orang?"

Hening. Hembusan angin malam membuat beberapa anak rambut Manda menyentuh lembut wajah cantiknya itu. Manda menunduk sebentar dan mengangguk. "Iya."

Manda tidak tahu harus mengatakan apa, sekedar ingin tahu, dari mana El tahu kampusnya dan kenapa El kesana pun Manda rasanya malas bertanya.

"Kita balikan, ya?"

Keduanya saling bertukar tatap. Manda diam seribu bahasa sambil menatap wajah Ghani dari kedekatan seperti ini. Sedangkan Ghani, dengan berusaha untuk tetap tenang walaupun dia tahu detak jantung rasanya seperti ingin keluar dari tubuhnya sekarang.

Manda mengerjap, memalingkan wajahnya sebentar sebelum menatap kedepan sana. "Kamu tau, bagi aku kamu itu obat, Ghani."

"Kamu bukan luka, tapi kamu obat." Ulangnya. "Salahnya aku, aku minum obat itu dengan dosis yang berlebihan sampai nimbulin luka di dalam."

Perempuan berkacamata itu menatap Ghani. "Dan sekarang, aku masih berusaha untuk nyembuhin luka itu yang aku sendiri belum tau sembuhnya kapan."

Hening.

Manda tertawa pelan. "The sunset is beautiful, isn't it."

"Aku cinta sama kamu, Ghani. Tapi aku biarin kamu pergi."

Ghani menyungging senyum tipis. "Aku mau kita mulai dari awal semua ini. Mungkin terdengar egois, tapi semua ini karena atas dasar aku enggak bisa kemana-mana selain kamu."

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang