Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.Suasana pun semakin membaik. Manda sudah tertidur pulas karena efek obat yang dokter berikan. Syukur saja Manda tidak mengalami kejadian yang serius, Manda hanya mengalami kontraksi palsu karena benturan meja yang Tama dorong tadi. El terus menggelengkan kepalanya jika mengingat Tama, sahabatnya sendiri. Laki-laki itu tidak menyangka jika Tama dengan teganya melakukan ini semua bahkan hampir mencelakai Manda yang untung saja saat itu El lah yang mendapatkan sayatan pisau itu.
El menggenggam tangan Manda, mengecupnya pelan dan menempelkan punggung tangan Manda dipipi kirinya. Sudah terhitung satu jam Manda tertidur, begitu pun dengan El yang terus duduk menemani Manda di samping ranjang rumah sakit itu. Laki-laki itu memejamkan matanya, menyakinkan dirinya bahwa semua bayi dalam kandungan perempuan ini akan baik-baik saja. Terutama untuk Manda, terlepas dari semuanya El lebih berharap Manda yang akan terselamatkan.
"El?"
Laki-laki itu menoleh ketika Ghani datang dengan Rizki di sampingnya. Dengan pelan El melepaskan tangan Manda dan berdiri saat Ghani menghampirinya. "Manda gimana? Dia kenapa bisa sampai kayak gini?"
El mengerjap, ia menggeleng dan tersenyum. "Perutnya enggak sengaja kebentur sama meja yang Tama dorong, Ghan. Dia kesakitan, cuma udah ditanganin sama dokter."
Ghani diam, dia hanya menatap Manda dengan tatapan sendunya. "Jaga Manda baik-baik, El. Sekarang gue cuma bisa tanya tentang kabar dia doang, beda sama lo yang emang harus jaga dia. Dan gue turut prihatin untuk kejadian ini, bener-bener enggak nyangka gue sama Tama. Bisa-bisanya dia ngelakuin ini semua dengan rapi, gue bahkan enggak curiga sedikit pun sama itu manusia."
"Sama, terutama gue juga yang paling deket sama dia. Dia sama sekali enggak pernah ngomong apa pun tentang ini," ucap Rizki.
"Ghan," panggil El. "Gue minta maaf lagi, ya. Gue masih bener-bener enggak enak sama lo karena kejadian itu dan sekarang. Gue udah lalai jaga Manda sampai dia harus terbaring di sini."
Tatapan Ghani menajam, namun laki-laki itu tersenyum paksa dan menarik napas panjang. Rasanya memang berat, bahkan untuk mengingat kejadian itu lagi Ghani sudah tidak bisa mengucapkan apapun selain ingin memukul El kembali. Ghani mengangguk. "Pesen gue cuma satu, Jaga dia baik-baik. Gue nyesel banget ngelepasin dia saat itu, dan buat hatinya sakit. Gue harap lo enggak ngelakuin itu untuk kedua kalinya ke Manda. Gue sayang sama dia, El."
"Mau pun dia sekarang udah jadi istri lo, tapi sampai kapan pun gue bakalan tetep sayang sama dia. Gue bakalan jadi orang pertama yang pukul lo kalau sampai gue tau Manda nangis gara-gara lo," lanjut Ghani.
El terdiam beberapa saat, menarik napas dalam dan menoleh melihat wajah tenang Manda.
"Mila datang, Ghan. Itu yang buat gue sama Manda bertengkar semalam," jelas El.
"Mila? Mila anak SMA Bangsa waktu itu, kan? Pacar lo itu?" tanya Rizki memastikan. "Dia balik? Dia nemuin lo?"
El mengangguk. "Dia ke rumah tadi malam dan pas yang buka pintu itu Manda sama gue. Setelah Manda pergi ke kamar, Mila cium pipi gue tanpa nanya siapa Manda."
"Manda tau lo dicium?" Ghani menyipitkan matanya.
Lagi-lagi El hanya mengangguk. "Bahkan Manda yang hapus bekas lipstik Mila dipipi gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Romance[SELESAI] 18+ "Kepergianmu bukan lagi hal yang harus aku tangisi. Karena kehadirannya, membuatku tau bahwa takdir tidak bisa dipaksakan." - Amanda Putri. Kedatangan Ghani kembali dalam hidup Manda adalah suatu penantian terindah dalam hidup Manda se...