10

74 38 13
                                    

Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
.

"Lo enggak pergi ke kampus?"

Manda terdiam sejenak dan menggeleng. "Enggak, kayaknya. Gue mau istirahat dulu hari ini."

Thea mengangguk pelan. "Lo beneran enggak kenapa-napa?"

"Cerita sama gue kalau lo ada apa-apa. Jangan pendem sendirian, gue ngerasa jadi enggak berguna sebagai sahabat lo, Man," lanjut Thea.

Mengingat kejadian subuh tadi, Manda kembali terasa ada yang beda dalam dirinya. Sampai detik ini Manda belum juga tidur, rasa ketakutannya masih terasa jelas di benaknya. Padahal jam sudah menunjukan pukul delapan pagi dan Manda masih duduk di tepi ranjang bersama Thea.

Manda juga tidak tahu siapa dan apa maksud orang itu menerornya. Nomor itu bukan sekali dua kali saja menelfonnya, beberapa kali panggilan tak terjawab menghiasi layar ponsel Manda kemarin.

Perempuan berkacamata itu menggeleng, berusaha untuk menghilangkan semua ingatan-ingatannya tentang kejadian itu. "Gimana gue mau nolongin lo kalau lo enggak mau cerita semua ini?"

"Gue enggak papa, Thea." Manda tersenyum.

"Tapi dari gerak gerik lo itu nunjukin kalau lo lagi kenapa-napa, Manda."

Manda terkekeh pelan, menyentuh tangan Thea dan mengangguk untuk meyakinkan dirinya baik-baik saja. Perempuan berambut coklat itu menghela napas panjang, berdiri dan menatap Manda yang mendongak menatapnya juga itu. "Yaudah, kalau emang lo belum siap cerita. Tapi, gue harap lo bakalan cerita semua ini nanti. Jangan pendam sendirian, gue enggak suka sifat lo yang ini bener-bener buat gue bingung."

"Iya, Thea."

Thea memaksa kedua sudut bibirnya tersenyum. "Gue pergi dulu, kalau ada apa-apa langsung telfon gue atau–"

"Manda!"

Tiba-tiba saja Thea menghentikan ucapannya ketika Husein datang dengan senyuman di balik pintu kamar itu. Thea dan Manda refleks menoleh bersamaan kearah pintu, disana Husein masih berdiri dengan badan yang setengahnya tertutup oleh pintu. "Ada yang mau ketemu sama kamu, Nak."

Manda mengernyit, dia bertukar pandang dengan Thea yang masih berdiri. "Siapa, Pa?"

"Nanti dia masuk, katanya dia ambil handphonenya dulu di mobil. Yaudah, maaf kalau Papa ganggu kalian, yah."

Husein berlalu, membiarkan pintu kamar Manda terbuka begitu saja. Manda terdiam, begitupun dengan Thea yang menjadi bingung siapa tamu Manda.

"Siapa?" Manda mengedikan kedua bahunya.

"Gue keluar dulu kalau gitu," ucap Thea.

Manda mengangguk, melihat punggung Thea yang sudah tidak ada di pandangannya. Manda memainkan ujung dress hitam yang dia gunakan, matanya yang cantik dengan kacamata itu menatap kearah luar cendela tepat di depan meja belajarnya.

Tidak memakan waktu yang lama, Manda menoleh ketika pintu kamarnya kembali terketuk pelan. Samar Manda mendengar Husein tertawa renyah di luar sana.

"Yaudah, masuk sana. Om percaya sama kamu, ajak dia ngobrol. Apalagi kalian udah lama enggak ketemu, kan?"

"Iya, Om. Terimakasih."

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang