Vote dulu sebelum baca🫶🏻
.
.
."Hai, ngapain lo di dapur? enggak usah kerja, Manda."
El menghampiri Manda yang berdiri didekat wastafel dapur itu. Manda menoleh cepat, ia kaget karena El langsung menarik tangannya untuk tidak menyentuh apa pun yang ada disana. Perempuan berkacamata itu mengernyit, dia melepaskan tangannya dari cengkeraman El. "Apaan, sih, El. Gue cuma mau cuci tangan doang."
"Udah malem, Manda. Udah jam berapa ini, kenapa harus cuci tangan di bawah, sih? Di kamar, kan, bisa."
Memang benar, jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Orang-orang dalam rumah itu sudah tidur dan beberapa orang juga tidak ada di sana, terutama Aldo yang sudah pergi dari rumah itu. Entah apa yang membuat Manda sampai keluar kamar, perempuan itu sama sekali tidak bisa menghentikan otaknya yang terus memikirkan kejadian tadi siang. Di mana El mendapatkan ciuman dari perempuan asing itu.
Manda mengerjap, ia mengambil sejumput rambutnya dan menyelipkan rambut itu kebelakang telinganya.
"Su-suka-suka gue, lah." Manda memalingkan wajahnya, kembali membelakangi El dan menyalakan wastefel itu. Dengan perasaan bercampur aduk Manda membasuh tangannya sesekali memastikan bahwa El sudah tidak ada di belakangnya, namun laki-laki itu masih berdiri di belakangnya dengan melipat kedua tangannya didada.
Tok! Tok! Tok!
El dan Manda menoleh bersamaan, melihat pintu yang tertutup rapat itu diketuk oleh seseorang. Untuk menghilangkan kegelisahan yang Manda rasakan, perempuan berkacamata itu melangkah lebih dulu dari pada El yang terdiam melihat Manda. El berjalan mengikuti Manda dari belakang, perempuan itu membuka pintu rumah itu dengan pelan.
"Hai, El."
Manda mengerjap, beberapa kali berkedip untuk memastikan bahwa yang dia lihat sekarang adalah benar perempuan tadi siang. Manda menoleh kebelakang menatap El yang tidak kalah canggungnya dengan keadaan itu. Laki-laki bertubuh tinggi itu menatap Manda sebentar, dan dengan pelan menarik pinggang Manda agar perempuan itu sedikit memundurkan tubuhnya.
"H-hai, Mila. Lo ngapain kesini malem-malem?"
Perempuan itu bernama Mila. Disana Manda terdiam, bergantian menatap El dan Mila. Perempuan itu menepis pelan tangan El yang berusaha menggenggam tangan Manda. Jantung El betul-betul berdetak kencang, dia tidak tahu harus bersikap bagaimana dengan kedatangan perempuan berperawakan sedikit kebaratan itu. "Sorry, ya, aku ganggu waktu kamu malem-malem."
Aku kamu? Batin Manda.
"Aku bawain kamu kue kesukaan kamu dulu, inget, kan? Aku sengaja buatin kamu karena aku juga kangen buatin kamu kue ini, nih." Mila dengan pelan menyodorkan tas kecil transparan yang berisikan toples kue. Perempuan itu tersenyum manis sehingga memperlihatkan kedua lesung pipinya.
Dengan gaya serba salah, El menerima tas itu dan mengangguk. "Makasih, ya. Seharusnya lo enggak usah repot-repot."
"Ini...," baru saja Mila ingin menanyakan siapa Manda, dengan cepat perempuan berkacamata itu menggeleng dan tersenyum. "Gue Manda. Ya-yaudah. Gue masuk duluan, kalian ngobrol aja dulu berdua, enggak papa."
Manda pun melangkah menjauh, berusaha untuk menahan sesak didadanya. Dia berjalan pelan dengan memegang perutnya sendiri. Di sana laki-laki bertubuh tinggi terdiam melihat kepergian Manda. Gaya bicara perempuan itu mengingatkan Manda bagaimana dia berbicara dengan Ghani. Bahkan sampai detik ini pun, Manda masih menggunakan aku kamu bersama Ghani. Lalu kenapa dia merasa ada yang berbeda dalam perasaannya ketika mendengar perempuan itu berbahasa demikian ke El?

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Romansa[SELESAI] 18+ "Kepergianmu bukan lagi hal yang harus aku tangisi. Karena kehadirannya, membuatku tau bahwa takdir tidak bisa dipaksakan." - Amanda Putri. Kedatangan Ghani kembali dalam hidup Manda adalah suatu penantian terindah dalam hidup Manda se...