"Lo bener-bener keterlaluan, ya, Dre. Gue masih puyeng banget, malah disuruh langsung kerja! Emangnya lo gak capek? Pulang dari Bali, bukannya ngebo dulu di rumah, malah langsung ke kantor! Inget, kita itu manusia, bukan robot yang ...."
Ocehan panjang lebar Levine berlahan kabur dari indera pendengaran Andreas. Kaki panjang lelaki itu terus mengayun, memburu lift untuk segera singgah di ruang kerja. Namun, untuk beberapa saat, Andreas merasa tidak lagi menapaki bumi ketika melihat Stella keluar dari lift. Tidak sendiri, melainkan berjalan beriringan dengan lelaki yang beberapa hari lalu Andreas wawancarai. Ada sesuatu yang janggal, yang semakin jelas ketika Andreas mengamatinya dengan lamat.
Stella tersenyum.
Bukan senyum palsu yang dipaksakan.
Itu adalah senyum ceria yang penuh kebahagiaan.
Mata Andreas sempat membola ketika beradu pandang dengan Stella. Anehnya, perempuan itu tidak bereaksi apa-apa. Dia hanya menatap Andreas selama beberapa detik, lalu kembali bicara pada lelaki di sampingnya dengan semringah. Ekspresi itu, sama sekali tidak pernah Andreas lihat ketika Stella bersamanya.
"Pak Andreas? Pak? Bapak dengar penjelasan saya, tidak?"
Tepat setelah sosok Stella menghilang di balik pintu kafetaria, barulah telinga Andreas mendapatkan fungsinya kembali. Dia menoleh pada Levine yang terus menatapnya jengkel. "Ketua Divisi Marketing yang baru itu ... siapa namanya?"
"Riga, Pak. Namanya Riga Wirayudha," jawab Levine dengan cepat. Sekalipun masih kesal pada sahabatnya itu, ia tetap harus bersikap profesional di kantor.
"Kamu tahu latar belakangnya?"
"Dia berasal dari Bandung. Alumni Universitas Unpad, jurusan Bisnis Digital. Pak Riga merupakan lulusan terbaik di angkatannya."
Dahi Andreas berkerut. Sekalipun informasi yang diberikan Levine cukup relevan, tetapi dia merasa tak puas. Tubuhnya sampai berbalik, menatap sang sahabat dengan sempurna. Ya, kali ini, hanya untuk beberapa saat ke depan, Andreas akan menganggap Levine sebagai sahabatnya.
"Kamu tahu kenapa Riga bisa begitu akrab dengan Stella?"
Levine melotot seketika. Dia celingak-celinguk, mencari dua sosok yang membuat Andreas begitu penasaran. "Mana? Iiiiih, kenapa lo gak kasih tahu gue kalau mereka kelihatan akrab? Akrabnya kayak gimana? Sebagai teman atau lebih?"
"Vine, serius dulu!"
Nada kesal di suara Andreas berhasil membuat Levine kembali mengalihkan perhatian pada lelaki dengan setelan jas hitam itu lagi. Ada yang menggelitik dalam hati, tetapi Levine berusaha menahan tawa. Sebuah akal picik terlintas di kepalanya.
"Bisa jadi mereka tinggal di daerah yang sama. Mengingat Stella sama Riga sama-sama dari Bandung, kan? Mereka tumbuh bareng, ketemu tiap hari, bahkan pernah punya perasaan satu sama lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pratigya [Tamat]
RomanceStella dan Andreas adalah dua orang asing yang kebetulan tinggal satu atap. Ikatan pernikahan mereka tidak ada artinya, terkhusus bagi Andreas. Mereka hanyalah suami istri di atas kertas. Keduanya hanya bersikap harmonis dan romantis di depan sanak...