5. Pesta

3K 399 77
                                    

Hal kecil bisa memberikan dampak yang begitu besar. Contohnya sentuhan. Lebih tepatnya, sentuhan dari pasangan.

Studi mengatakan bahwa sentuhan dari pasangan memiliki banyak kekuatan dan manfaat, baik dari sisi psikologis maupun fisik. Bisa meningkatkan produksi oksitosin-hormon cinta, meningkatkan sistem imun, memperbaiki kesehatan jantung, meredakan stres dan kecemasan, meningkatkan kenangan positif, dan banyak lagi.

Manfaat itu bisa didapatkan ketika disentuh oleh pasangan yang dikehendaki, yang dicintai. Jika dari pasangan yang hadir atas perintah yang tidak bisa dibantah, jelas beda lagi ceritanya.

Stella sedikit tersentak ketika sela di antara jemarinya terisi. Ia menunduk, mengamati sebuah tangan besar yang tiba-tiba menggenggamnya. Tanpa menoleh pun Stella sudah tahu siapa pelakunya, tetapi gerak refleksnya tetap mengantarkan Stella bersitatap dengan Andreas.

Lelaki itu memandang Stella dengan datar dan berkata, "Saya tidak menerima kesalahan sekecil apa pun, Stella."

Itu merupakan kalimat pembuka ketika mereka akan naik ke panggung sandiwara. Stella tahu pasti, dia memang tidak boleh membuat satu pun kesalahan. Di depan seluruh keluarga Hartanto, Stella dan Andreas harus berlakon layaknya pasangan suami istri yang saling mencintai. Takarannya harus pas, tidak boleh berlebihan, tidak boleh menimbulkan kecurigaan pula. Terutama di hadapan Kakek Sadewa, keduanya harus akting sealami mungkin.

Stella mengenakan bodycon dress berwarna abu-abu. Rambut panjang bergelombangnya dibiarkan tergerai. Bibir ranumnya dipoles lipstik merah muda. Matanya lebih hidup karena bantuan softlens dan eyeliner. Perempuan itu memakai kalung berwarna silver dan anting bentuk bunga supaya tidak terlalu sederhana. Kitten heels hitam mengkilat mengantarkan Stella ke ballroom Hotel Basunjaya, di mana perayaan ulang tahun satu-satunya cicit Keluarga Hartanto digelar.

"Senyum, Stella."

Bisikan itu langsung menginterupsi Stella. Dia menarik sudut bibir, membentuk lengkungan yang membuat wajahnya lebih berseri. Stella mengikuti langkah Andreas, menyalami satu demi satu sanak saudara yang sudah lebih dulu hadir di sana. Hingga akhirnya, mereka berdua berhadapan dengan seorang laki-laki baya yang rambut dan janggutnya sudah putih sempurna.

"Bagaimana kabarmu, Nak?"

"Baik, Kek. Kakek sendiri gimana?" jawab Stella dengan suara yang mendayu lembut.

"Kakek juga baik. Sakit sedikit juga bukan hal yang aneh, faktor usia." Suara serak dari lelaki berumur 80 tahun itu kembali terdengar. Beliau pun akhirnya bertukar pandang dengan Andreas. "Bagaimana keadaan kamu, Dre?"

"Saya sehat, Kek."

"Pekerjaan? Lancar?"

"Semuanya aman terkendali," sahut Andreas, penuh percaya diri.

"Bagus!" Kakek Sadewa mengangguk puas. "Ingat, bukan hanya perusahaan yang harus kamu jamin keamanannya, rumah tangga juga. Kamu harus pastikan Stella bahagia, tidak kurang apa pun."

Tanpa aba-aba, Andreas merangkul pinggang Stella dan menariknya sehingga tubuh mereka menempel sempurna. Andreas terus menatapnya penuh cinta. Stella hanya tersenyum. Dia tidak akan terlena seperti awal pernikahan dulu. Dirinya tahu pasti bahwa semua ini hanyalah sandiwara.

"Pastinya, Kek. Saya tahu bahwa kebahagiaan Stella jauh lebih penting dibandingkan urusan perusahaan," ungkap lelaki itu.

Stella menarik napas dalam-dalam, ini saatnya ia mengambil peran. Masih dengan senyum manisnya, ia memukul dada Andreas pelan. "Mas bisa aja!"

"Lho, emang begitu kenyataannya, kan? Kamu lebih penting daripada pekerjaan, Sayang. Bahkan kamulah yang paling penting dari segala urusan." Andreas menambahkan.

Pratigya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang