30. Kenyataan

2.1K 332 47
                                    

"Apa maksud Mama daftarin aku kuliah di London? Aku udah bilang, aku mau buka usaha butik! Aku mau jadi fashion designer, Ma!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa maksud Mama daftarin aku kuliah di London? Aku udah bilang, aku mau buka usaha butik! Aku mau jadi fashion designer, Ma!"

"Fashion designer? Yang benar saja, Tiara! Kamu itu harus mengikuti jalur bisnis keluarga. Kamu harus menjadi bagian dari Griya Hartanto!"

"Aku gak tertarik dengan bisnis keluarga. Aku mau berbisnis atas usaha aku sendiri!"

"Usaha sendiri? Mana mampu! Kamu tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Mama dan Papa!"

"Mama!"

Andreas langsung menghentikan langkah. Baru saja ia memasuki ruang tamu, teriakan yang melengking langsung menyambut kedatangannya. Rupanya, ada kekacauan lain yang telah diperbuat sang mama. Selain mengusik rumah tangga Andreas dan Stella, beliau juga ikut campur mengenai mimpi besar Tiara.

Begitu tiba di Jakarta, Andreas langsung memburu rumah orangtuanya di Cilandak. Dia perlu tahu apa yang sudah mamanya perbuat sampai Stella memutuskan untuk pergi dari rumah. Selain rasa penasaran, Andreas juga tidak bisa lagi menahan gemuruh yang bergejolak dalam dadanya. Kecewa dan amarah membuat napas Andreas terasa amat sesak sepanjang perjalanan tadi.

"Lho, Dre? Kok, kamu ada di sini?" tanya Bu Meisya begitu melihat kedatangan putra sulungnya. Tentu saja, mata beliau membulat sempurna saat ini. "Bukannya kamu ada pekerjaan di Surabaya, ya? Baru berangkat kemarin sore, kan? Kenapa sekarang sudah pulang lagi."

"Demi menyelamatkan pernikahan saya," jawab Andreas dengan nada dingin. Dia duduk di samping Tiara dan bertanya, "Apa yang sudah Mama lakukan pada istri saya?"

Bu Meisya sontak membuang muka, menghindari tatapan penuh selidik dari sang putra. "Lakukan apa, sih, Dre? Mama gak ngapa-ngapain!"

"Jangan berkilah, Ma. Itu hanya akan membuat masalah ini semakin rumit. Saya tahu, Mama menemui Stella kemarin. Entah apa lagi yang Mama katakan sampai membuat Stella menangis, sampai dia memutuskan untuk pergi dari rumah."

Detik itu juga, Bu Meisya kembali menatap Andreas. "Jadi, perempuan itu minggat?"

Andreas membuang napas kasar. Kesabarannya kian tipis kala melihat wajah semringah sang mama. Tentu saja, kepergian Stella menjadi berita baik untuk beliau. "Iya, Stella pergi."

"Bagus, dong, kalau begitu?" Kali ini, Bu Meisya memperlihatkan kebahagiaannya secara terang-terangan. Beliau tak sungkan untuk memamerkan senyum lebarnya. "Memang sudah sepatutnya dia pergi dari hidup kamu, Andreas. Sudah seharusnya dia sadar diri dan berhenti menjadi benalu untuk keluarga kita."

"Ma, cukup!" sergah Andreas seketika. Wajahnya tidak bisa lagi menunjukkan ketenangan. "Mau sampai kapan Mama menghina Stella seperti itu? Karena dia bukan dari keluarga terpandang seperti kita? Ingat, Ma, kita bukan apa-apa tanpa Kakek. Semua yang kita miliki saat ini ada bukan semata-mata hasil kerja keras kita, tapi keistimewaan yang Kakek berikan."

Pratigya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang