9. Tragedi

1.7K 236 50
                                    

Tanggal 1 selalu menjadi hari yang istimewa bagi seluruh karyawan kantor pusat PT. Griya Hartanto. Selain menerima gaji, mereka juga akan menghadiri rapat bulanan semua divisi. Rapat ini bertujuan untuk meninjau kinerja, mengevaluasi pencapaian target, membahas hambatan, serta merencanakan strategi untuk bulan berikutnya. Selain itu, rapat ini menjadi kesempatan untuk komunikasi antar tim dan memastikan semua anggota divisi selaras dengan tujuan perusahaan.

Setiap kepala divisi akan mengajak satu anggotanya untuk ikut rapat. Ini kali pertama Stella yang dilibatkan. Riga memintanya bersiap sejak tiga hari yang lalu. Ketua Divisi Marketing sebelumnya tidak pernah sekadar bertanya, menganggap Stella sebagai anak bawang karena dia yang paling terakhir bergabung dengan Griya Hartanto.

"Saya rasa, sudah saatnya kita bekerja sama dengan influencer untuk memperluas jangkauan pasar, khususnya kalangan muda. Mereka yang memiliki pengikut setia dan relevan dengan target pasar kita. Dengan memilih influencer yang tepat, kita bisa meningkatkan visibilitas proyek kita secara signifikan," sambung Riga dari penjelasan sebelumnya.

Sudah sekitar 2 jam rapat berlangsung. Stella setia mendengarkan satu demi satu evaluasi serta perencanaan yang sudah disusun matang oleh tiap divisi. Namun, saat Riga yang bicara, Stella bisa merasakan adrenalinnya meningkat. Ia tidak bisa menahan senyum. Matanya terus terkunci pada Riga sejak 10 menit yang lalu.

"Ohok! Ohookkk!"

Perhatian Stella teralihkan ketika mendengar suara tak asing itu. Matanya langsung tertuju pada kursi yang lurus berhadapan dengan layar proyektor, pada Andreas. Lelaki itu batuk terlalu heboh, sampai bisa mengalihkan fokus beberapa orang di sana. Anehnya lagi, Andreas sedang melototi Stella sekarang.

"Apa lihat-lihat?" tanya Stella, tanpa suara sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa lihat-lihat?" tanya Stella, tanpa suara sedikit pun.

"Jaga mata kamu!" balas lelaki itu, ikut menggunakan bahasa hening.

Stella hanya mendelik. Dengan bibir mengerucut sempurna, dia kembali memperhatikan Riga yang bicara dengan lugas di hadapan yang lain.

"Kita bisa memanfaatkan konten yang mereka buat untuk diintegrasikan ke dalam kampanye pemasaran digital kita, seperti iklan di media sosial atau website kita sendiri." Riga terus melanjutkan presentasi.

Riga masih sama, masih begitu leluasa berbicara di depan orang banyak. Suaranya lantang, penuh keyakinan. Pengucapannya jelas, penuh percaya diri. Bahkan, Stella perhatikan dia tidak sungkan untuk melakukan kontak mata dengan Andreas beberapa kali.

"Kerja sama ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Yang pasti, kita harus mengundang para influencer untuk review secara langsung unit rumah yang menjadi proyek kita. Strategi konten yang lebih personal dan interaktif untuk meningkatkan engagement dan memperkuat hubungan dengan calon pembeli."

Dia masih sama mempesonanya seperti 7 tahun silam, saat ikut menyuarakan pendapat dalam rapat BEM Fakultas Ekonomi. Hanya saja, kali ini Riga jauh lebih bersinar karena almamater kuningnya berubah menjadi jas hitam.

Pratigya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang