"Kami telah berhasil melacak pergerakan tersangka."
Mata Andreas sedikit tampak bercahaya. "Vinny sudah ditemukan, Pak?"
"Tersangka melarikan diri menggunakan kendaraan umum. Berdasarkan rekaman CCTV dan laporan dari operator transportasi, kami berhasil mengidentifikasi bahwa tersangka naik bus jurusan Banyuwangi."
Rahang Andreas mengetat keras. Rupanya perempuan ular itu memang berniat pergi untuk pergi jauh dari Jakarta. "Dia pasti tertangkap, kan, Pak?"
"Kami akan melakukan yang terbaik, Pak Andreas. Kami juga sudah meminta operator bus untuk memberikan daftar penumpang dan memantau pergerakan bus. Kami sedang berkoordinasi dengan pihak keamanan di kota tujuan. Mereka akan memantau stasiun bus dan halte. Kami juga telah memberikan deskripsi tersangka kepada mereka."
"Terima kasih banyak, Pak. Tolong kabari saya lagi jika ada update terbaru."
"Baik!"
Embusan napas panjang lolos dari bibir Andreas. Dia pun berbalik, menatap keluarganya yang duduk di kursi depan ruang operasi. Tidak ada hentinya sang papa memanjatkan doa, memohon belas kasih Tuhan untuk keselamatan istrinya. Tiara terus menangis. Air matanya seperti tidak ada habisnya meski sudah dikuras sejak sejam yang lalu. Stella juga duduk di sana, terus menatap pintu ruang rawat dengan penuh harap.
Tak berselang lama, pandangan mereka pun bertemu. Stella segera berdiri dan menghampiri Andreas yang termangu di ujung lorong. Tangan hangatnya mengusap punggung Andreas penuh kelembutan.
"Vinny sudah ditemukan. Dia mencoba kabur menggunakan bus umum jurusan Banyuwangi," cetus Andreas, langsung menjelaskan sebelum Stella meminta.
Perempuan itu mengangguk paham. "Kak Vinny pasti tertangkap, Mas. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya ini."
"Ya, harus."
Andreas sempat keheranan saat menerima telepon dari nomor tidak dikenal. Hanya beberapa saat setelah panggilan itu diterima, Andreas langsung diserang rasa cemas ketika sang penelepon mengaku dari pihak kepolisian. Jantung Andreas seperti akan meledak saat polisi berkata bahwa mamanya ditemukan tak berdaya di tangga darurat. Pikirannya langsung tertuju pada Vinny ketika polisi menyebutkan lokasi kejadiannya. Ternyata, setelah dilakukan pemeriksaan rekaman CCTV, memang dialah pelakunya.
Kewarasan Andreas semakin diuji ketika mendengar penjelasan lebih lanjut mengenai keadaan mamanya. Kepala berdarah, cedera otak, tulang bahu remuk, dislokasi lutut, sampai tulang kaki patah. Tanpa pikir panjang, Andreas langsung mengajak Stella ke rumah sakit tempat dilarikan mamanya. Dia juga meminta sang papa dan Tiara untuk segera menyusul, baru memberikan penjelasan ketika bertemu di depan ruang operasi sejam yang lalu.
Semua orang menoleh bersamaan ketika pintu ruang operasi dibuka. Seorang perawat keluar dengan langkah cepat, masih mengenakan masker dan sarung tangan yang sedikit berlumuran darah. Matanya terlihat lelah, tetapi tetap tenang dan profesional. Seketika, Andreas dan keluarga langsung berdiri dan menghampirinya dengan penuh harap dan cemas.
"Bagaimana keadaan mama saya, Bu?" tanya Tiara seraya mengusap air matanya dengan kasar.
"Istri saya selamat, kan?" Suara Pak Pandhu terdengar penuh ketegangan. Tubuhnya condong ke depan seolah siap menerima kabar apa pun.
Perawat itu mengambil napas dalam-dalam, lalu menatap mereka satu per satu. Ia mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka sedikit tenang. "Operasi berjalan dengan baik sejauh ini, tapi keadaan pasien masih kritis. Kami sedang membutuhkan darah secepat mungkin. Golongan darahnya B negatif, dan stok di rumah sakit sangat terbatas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pratigya [Tamat]
RomanceStella dan Andreas adalah dua orang asing yang kebetulan tinggal satu atap. Ikatan pernikahan mereka tidak ada artinya, terkhusus bagi Andreas. Mereka hanyalah suami istri di atas kertas. Keduanya hanya bersikap harmonis dan romantis di depan sanak...