Sebanyak apa pun kesalahan yang diperbuat hingga terus menimbulkan luka, keluarga tetaplah keluarga. Seberapa pun jahatnya mereka, ikatan persaudaraan yang ada tak akan pernah hilang. Sekalipun sangat sering bertengkar, saling menyakiti, dan berbeda pendapat, saudara tetaplah keluarga.
Usaha kabur Vinny berakhir sia-sia. Dia ditangkap di terminal bus Banyuwangi tepat ketika turun dari bus. Vinny juga sudah mengikuti beberapa tahapan hukum, sesuai dengan sistem peradilan pidana di Indonesia. Mulai dari penangkapan, pemeriksaan awal, penahanan, sampai pelimpahan kasus ke kejaksaan. Dua hari yang lalu, Vinny menjalani sidang pengadilan. Tindakan hukum yang diterapkan padanya yaitu pasal penganiayaan, pasal culpa, dan pasal membiarkan orang dalam bahaya. Ia dijatuhi hukuman 5 tahun penjara.
Hari ini, seperti yang telah dijanjikan, Stella dan Bu Dona datang untuk berkunjung, ke Lapas Cipinang, Jakarta Timur. Andreas tidak bisa ikut karena ada rapat online penting dengan Pemda Surabaya mengenai proses pembangunan rumah susun.
Setelah dua minggu menjadi tahanan, Vinny mengalami perubahan yang signifikan. Wajahnya, yang dahulu cerah, kini terlihat kusam dan kelelahan. Matanya pun terlihat suram dan menampilkan bekas-bekas kurang tidur. Raut wajahnya yang dulu penuh percaya diri, kini cenderung kusut. Lingkungan penjara yang keras telah mengubahnya menjadi seseorang yang tampak tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan. Meskipun berusaha menjaga ketenangan, Vinny tidak bisa menyembunyikan rasa tertekan dan kehilangan harapan yang ada di dalam dirinya.
"Udah gue bilang, lo gak perlu ikut ke sini! Gue cuma mau dijenguk sama Ibu!" ketus Vinny begitu mendaratkan bokongnya.
"Tapi, kan, bukan cuma Ibu yang mau tahu kabar Kakak. Aku juga mau," balas Stella dengan lembut.
Vinny mendengkus. "Jangan sok baik, deh! Gue tahu lo menertawakan gue sekarang. Lo seneng, kan, lihat keadaan gue? Lo pasti puas lihat hidup gue hancur berantakan kayak gini!"
Embusan napas panjang lolos dari bibir tipis Stella. "Kenapa, sih, Kakak selalu berpikiran buruk tentang aku? Kakak selalu menerka-nerka apa yang ada di hati dan pikiran aku, itu pun ke arah yang negatif. Aku ada salah apa sampai Kakak segini bencinya sama aku?"
"Gue gak suka aja sama lo! Gue gak suka cara lo pamer kedekatan lo sama Ayah. Gue gak suka cara lo memperlihatkan kemesraan dengan Andreas. Gue gak suka dengan sikap angkuh lo setelah jadi bagian dari Keluarga Hartanto. Gue gak suka semua itu!"
"Sudah, Vinny! Cukup!" interupsi Bu Dona seketika. "Stella datang kemari murni untuk menjenguk kamu. Jangan kamu rusak niat baiknya dengan sikap kamu yang kurang menyenangkan begitu!"
"Ibu bela Stella?" lirih Vinny, tampak tak terima.
Hening, tidak ada jawaban dari Bu Dona. Perempuan paruh baya itu hanya bisa menunduk. Stella juga sama, kehabisan kata setelah mendengar jawaban menggebu dari kakaknya tadi.
Sungguh, Stella tidak pernah bermaksud menyakiti Vinny dengan apa yang dia miliki. Stella selalu berharap ayahnya membagi perhatian dan kasih sayang yang sama rata dengan Vinny. Stella selalu percaya bahwa kakaknya akan mendapatkan suami yang mencintai dan menghormatinya suatu saat nanti. Stella juga mendoakan semoga keluarga pasangannya nanti bisa lebih dari Keluarga Hartanto. Lebih dari segi penerimaan, kasih sayang, maupun materi.
Namun, rupanya, semua yang Stella miliki seolah menjadi bahan perbandingan yang memisahkan mereka semakin jauh. Itu menjadi alasan bagi Vinny memandangnya dengan kebencian yang tak pernah bisa dipahami. Stella tak mengerti, mengapa keberhasilan kecil yang diraihnya justru menimbulkan kemarahan di hati kakaknya. Sikap ketus dan kata-katanya yang tajam terus keluar karena didorong perasaan iri dari jiwa Vinny.
"Semua ini salah Ibu. Tanpa sadar, Ibu sudah mengajarkan kamu untuk iri pada orang lain, untuk tidak puas dengan apa yang dimiliki, dan tidak memiliki belas kasih kepada orang lain. Ibu yang salah," lirih Bu Dona, memecah keheningan yang bertahan cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pratigya [Tamat]
RomanceStella dan Andreas adalah dua orang asing yang kebetulan tinggal satu atap. Ikatan pernikahan mereka tidak ada artinya, terkhusus bagi Andreas. Mereka hanyalah suami istri di atas kertas. Keduanya hanya bersikap harmonis dan romantis di depan sanak...