21. Cinta

1.6K 216 61
                                    

Dalam sebuah keluarga campuran, saudara tiri adalah bagian yang menambah warna dan memperkaya kisah hidup kita. Dia mungkin datang dengan latar belakang yang berbeda, tetapi dengan hati yang terbuka, mereka bisa menjadi bagian penting dari hidup kita.

Sayangnya, Vinny telah menutup hatinya dari awal dia berkenalan dengan Stella. Yang dia harapkan hanyalah sosok ayah yang tidak pernah ia rasakan kehadirannya semenjak lahir. Sekeras apa pun Stella berusaha menjadi saudara yang baik, Vinny akan selalu menganggapnya sebagai saingan untuk mendapatkan kasih sayang Ayah dan Ibu. Dia tidak pernah suka jika Stella berhasil mencapai keunggulan dibandingkan dirinya.

Pernikahan Stella dan Andreas bagaikan kekalahan telak bagi Vinny. Adik tiri yang tak disukainya bisa mendapatkan kehidupan layak yang selama ini ia impikan, hanya dalam satu malam. Tidak ada lagi kaus polos bolong, tubuh Stella selalu dibalut dengan pakaian bagus sekarang. Tote bag lusuhnya juga berganti menjadi tas-tas lucu yang bermerk-meskipun local brand, tetap saja cantik. Ojek dan angkot bukan level Stella lagi. Dia selalu pergi mengenakan mobil bagus dan duduk manis di jok belakang. Vinny juga yakin, harga bando ungu yang Stella kenakan sekarang cukup untuk biaya makannya sebulan.

Hidup Vinny? Masih jalan di tempat. Luntang-lantung, tanpa tujuan yang jelas.

"Bagaimana kabar Kakak?" tanya Stella tepat ketika Vinny datang.

"Gini-gini aja!"

Stella hanya bisa mengangguk kecil untuk menanggapi jawaban ketus dari sang kakak. Dia menarik satu per satu makanan yang diturunkan Vinny dari nampan, ikut menatanya di atas meja. "Kenapa enggak telepon aku? Aku kira Kakak dan Ibu kembali lagi ke Bandung."

"Kenapa? Lo gak mau gue sama Ibu tinggal di Jakarta? Takut kehidupan nyaman lo terganggu?" cerca Vinny seraya mendaratkan bokong di salah satu kursi, menghadap Stella dengan senyum yang mengejek.

"Bukan begitu, Kak. Seenggaknya kita punya banyak kerabat di Bandung. Kalau ada apa-apa, gampang buat minta tolong ke siapa aja."

"Kan, di sini ada lo. Lo yang harus bantu kalau gue sama Ibu kenapa-kenapa. Lo masih anggap kami berdua sebagai keluarga, kan, biarpun udah punya suami kaya raya?"

"Vin, jangan ngomong gitu, ah. Adik kamu ke sini karena kangen, masa sikap kamu ketus begitu?" Setelah sekian lama diam, akhirnya Bu Dona angkat suara juga.

 Adik kamu ke sini karena kangen, masa sikap kamu ketus begitu?" Setelah sekian lama diam, akhirnya Bu Dona angkat suara juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stella mengembuskan napas kasar, lalu membuang muka ke arah jendela. Kurang dari semenit mereka bicara, Vinny sudah membuat Stella kehabisan energi. Ada pikiran untuk pergi saja dari sana, bergantung dengan Andreas yang mengawasi dari dalam mobil di area parkir. Memang, salah Stella yang bersikukuh untuk bertemu keluarganya seorang diri.

Pratigya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang