15. Melebur

3K 380 65
                                    

Pasangan adalah cerminan dari siapa kita sebenarnya, karena mereka memperlihatkan sisi-sisi diri yang mungkin tak kita sadari. Dalam pasangan, kita sering menemukan bayangan diri kita sendiri, yang membantu kita untuk tumbuh dan belajar menjadi lebih baik.

Direnungkan sebanyak apa pun, Stella akan selalu setuju bahwa dirinya sangat bertolak belakang dengan Andreas. Dia dari keluarga tidak mampu, sedangkan Andreas keturunan konglomerat. Dia pemalu dan tidak banyak bicara, sedangkan Andreas selalu percaya diri untuk setiap tindakan dan perkataannya. Dia tidak memiliki mimpi, sedangkan Andreas justru memiliki begitu banyak ambisi untuk dipenuhi.

Hanya satu yang Stella inginkan sedari dulu.

Tetap hidup.

Stella tidak melawan semua hinaan mertua dan adik iparnya, karena tahu itu hanya akan menguras energinya untuk bertahan. Dia selalu menghindari ibu dan kakak tirinya karena itu hanya akan mengurangi nyawanya. Ia berhenti berharap akan rumah tangga yang penuh kehangatan dan kebahagiaan karena itu hanya akan membuat hatinya mati perlahan.

Namun, Andreas justru menghidupkan kembali harapan-harapan yang telah layu. Dia bertindak layaknya suami yang begitu perhatian pada istrinya, pada perasaannya. Bahkan, tanpa diminta, dia mau membicarakan masa lalunya pada Stella.

"Saya berkenalan dengan Audyn setelah lulus SMA. Dia anak sahabat Mama. Kami memutuskan kuliah bersama di Chicago. Awalnya, saya hanya menganggap Audyn sebagai teman, tapi orangtua kami selalu menyinggung masalah perjodohan. Entah karena dorongan itu atau terlalu sering menghabiskan waktu bersama, akhirnya saya menyukai Audyn."

Stella menyesap minuman yang dibawakan Andreas. Lihat, bahkan lelaki itu mau repot-repot membuatkan minuman hangat untuk Stella yang kedinginan. Sikapnya sudah seperti suami siaga nan penuh kasih sayang. Bahkan, dia juga sudi duduk di tepi ranjang untuk memastikan Stella meminum teh hijau buatannya.

"Hubungan kami lumayan lama, sekitar tujuh tahun. Saya sangat bahagia dan berharap Audyn menjadi cinta terakhir dalam hidup saya. Tapi, rupanya harapan saya tidak sejalan dengan keinginan Audyn. Dia berselingkuh dengan teman kuliah spesialisnya."

Cangkir teh itu Stella genggam erat-erat. Dia masih bisa melihat adanya luka di netra Andreas saat menceritakan hal ini. Anehnya, Stella juga merasakan sakit di ulu hatinya. Entah karena apa. Yang jelas, bukan karena dia hanyut dalam kisah memilukan Andreas.

"Mas udah denger penjelasan Mbak Audyn? Mungkin aja semua itu cuma salah paham." Baru sedetik berkata demikian, Stella langsung menyesalinya.

Andreas tersenyum kecut. "Apa lagi yang perlu saya dengarkan ketika saya melihat mereka berciuman, Stella? Itu sudah sangat jelas, saya bukan satu-satunya untuk Audyn."

Stella melipat bibir. Perkataannya barusan memang sangat payah!

"Saya memilih untuk merahasiakan alasan kami berpisah demi menjaga nama baik Audyn. Tidak peduli berapa kali Mama bertanya, saya tidak pernah menjawab. Saya akui, itu adalah tindakan yang bodoh. Seharusnya saya membongkar semua kelakuan Audyn supaya hal semacam ini tidak terjadi."

Tangan Stella tiba-tiba digenggam erat. Andreas juga menatapnya dengan begitu dalam. Jantung Stella berdegup dengan kencang, tetapi ia berusaha untuk mengendalikan diri.

"Maafkan saya yang telah gagal menjaga kamu, Stella. Maafkan Tiara yang telah bersikap kurang ajar sama kamu. Maafkan Mama yang telah membawa orang ketiga dalam rumah tangga kita."

Perlahan tetapi pasti, Stella bisa merasakan netranya memanas. Dadanya terasa berat, bersamaan dengan hangat yang merambat ke setiap sudutnya. Tenggorokan Stella tercekat, napasnya tersendat. Embun sebening kristal di pelupuk matanya jatuh, membasahi permukaan pipinya yang sedikit kering. Bibir Stella bergetar, ingin bicara tetapi tak mampu.

Pratigya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang