47. A different kind of serenity

97 21 55
                                    

# PAPER HEARTS

.
.
.

Liam menunggu di depan pintu kamar tempat Sohyun berada. Sudah setengah jam dia menunggu, sampai ibu panti mengurus Sohyun.

Dari mengganti pakaiannya, dan merawatnya.

Liam harap, tidak ada hal serius yang terjadi pada Sohyun.

Cklek

Pintu terbuka, dan ibu panti keluar dari dalam. Liam menegakkan tubuhnya dan menatap ibu panti penasaran, "Bu, bagaimana keadaan Sohyun?"

"Sohyun sudah sadar, dan ibu sudah mengajak Sohyun untuk periksa ke dokter, tapi Sohyun menolak. Jadi ibu putuskan untuk merawat Sohyun sendiri dulu, kalau besok masih tidak enak badan, baru ibu bawa ke rumah sakit." jawab ibu panti.

Liam mengangguk saja, menghela nafas berat dan mengusak rambutnya gusar.

"Omong-omong, kalau sudah bertemu dengan Sohyun, kenapa tidak memberitahu ibu, Liam?"

Liam terkekeh kecil, "Mian. Bukannya aku tidak mau bilang, hanya saja aku tidak mau Sohyun merasa tidak nyaman jika aku bilang kalau aku dari panti asuhan yang sama seperti nya."

Ibu panti tersenyum simpul, lalu menepuk pundak Liam dan mengarahkan kepala nya ke arah kamar Sohyun, "Masuklah! Kau mau melihat keadaan Sohyun kan?"

Setelah nya ibu panti beranjak pergi, sedangkan Liam langsung masuk ke dalam di mana Sohyun sedang berbaring sambil memandang jauh ke arah jendela yang tersingkap sedikit.

Liam mengalihkan pandangan nya ke arah di mana Sohyun memandang, kemudian berjalan menuju jendela dan membenarkan tirai yang tersingkap agar tertutup rapat.

"Bagaimana keadaan mu sekarang? Gwenchana?" tanya Liam sambil berjalan menuju Sohyun.

"Kenapa kau tidak cerita kalau kita berasal dari panti asuhan yang sama?" tanya Sohyun parau.

Drrrk

Sebelum menjawab, Liam menarik kursi agar bisa duduk di dekat Sohyun, "Karena aku tidak mau membuat mu tidak nyaman. Lagipula, aku tidak begitu suka bercerita tentang asalku."

Liam menatap Sohyun lurus, "Jadi- apa kau bisa cerita kenapa bisa ada di luar malam-malam begini?"

Sohyun menghela nafas, "Ah, aku di usir dari rumah. Katanya sih karena terlambat bayar uang sewa. Padahal baru satu minggu." desah Sohyun berat.

Liam mendengus kasar, "Ya! Apa kau tidak menganggap ku? Kau kan bisa menelpon ku di saat seperti ini?"

"Mian. Aku hanya tidak mau merepotkan mu Liam."

"Haaahhh... Alasan yang selalu menjadi andalan mu." sahut Liam lelah, "Yaah.. masih untung aku lewat di jalan itu, jadi tidak ada yang terjadi padamu."

Sohyun tersenyum simpul, "Gomawo."

Liam mengangguk, "Mulai hari ini kau tinggal di sini saja. Ini satu-satunya tempat teraman dan ternyaman, jadi aku bisa lega meninggalkan mu di sini."

"Eh, aku-"

"Stt!" seru Liam cepat saat Sohyun mau protes, "Jangan katakan apapun kalau kau hanya menolaknya. Sudah cukup Sohyun! Sekarang lebih baik kau istirahat agar kondisi mu pulih. Aku harus pulang."

"Kau tidak tinggal di sini?"

Liam yang sudah berdiri seketika tersenyum, "Anni. Sejak masuk SMA, aku sudah pergi dari panti. Sudah ya. Annyeong!"

Sohyun termangu setelah kepergian Liam. Jujur, dia iri dengan Liam yang bebas melakukan apa saja dengan keinginan nya sendiri.

Sementara dirinya, bahkan untuk hidup mandiri saja masih menyusahkan orang lain.

PAPER HEARTS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang