EXTRA CHAPTER

340 22 7
                                    

Hai semuanya... gimana kabarnya?

Sebelumnya aku minta maaf ya karna banyak dari kalian yg kecewa sama ending INS yang berakhir sad huhuhu tapi sejak aku revisi aku sudah memikirkan ending yg berbeda dari yg dulu pernah ku tulis karna dari isi pun juga banyak yang aku rubah meskipun garis besarnya sama....

Baca komen kalian yang sedih dan cenderung nggak terima itu wkwk aku jadi ikutan sedih.. aku sayang sama kalian dimana kalian tuh udah dari lama banget baca certa ini makanya aku memutuskan bikin extra chapter! Dan ini satu satunya extra chap yang ku buat. setelah ini sudah tidak ada lagi extra chapter!

Semoga masih ada yg baca hehehe

Btw selamat hari kemerdekaan untuk kita semua! ❤️🤍

Klik

Pintu itu dibuka dengan pelan hingga suara yang dihasilkan nyaris tak terdengar. Ruangan itu begitu gelap namun samar-samar terlihat sang pemilik kamar bernuansa putih itu tidur terlelap. Sando dan beberapa pekerja di rumahnya berjalan mengendap-endap agar tak menimbulkan suara yang dapat membuat Kania terjaga.

Laki-laki dewasa itu tersenyum menatap anaknya yang terlihat pulas sekali. Ia tahu Kania baru tertidur sekitar satu jam yang lalu sebab anak gadisnya itu belajar sampai malam. Sando duduk disisi ranjang kemudian tangannya bergerak menggerakan bahu Kania dengan pelan.

"Kania... bangun sayang," kata Sando dengan nada lembut. Terdengar ketawa pelan dari asisten rumah tangganya yang bertugas membawakan kue.

"Sayang bangun yuk! Sebentar aja," pinta Sando saat tidak ada pergerakan dari anaknya itu. "Kania Maura," kata Sando lagi. Melihat pergerakan anaknya itu Sando menoleh pada Bi Siti dan wanita tua itu menyerahkan kue ulang tahun yang ia bawa pada tuannya. Sando mengode Randy untuk menyalakan lilin dengan angka 17 itu.

Sekali lagi Sando mengguncang bahu Kania membuat gadis cantik itu benar-benar membuka matanya. Ia sedikit terkejut disusul oleh nyanyian papanya dan orang-orang yang sudah ia anggap seperti keluarga.

"Selamat ulang tahun kami ucapkan.. selamat panjang umur kami kan doakan... selamat sejahtera, sehat, sentosa... selamat paniang umur dan bahagia."

"Selamat ulang tahun sayangnya papa," ucap Sando setelah  selesai menyanyikan lagu.

Randy mengusak surai Kania. "happy sweet seventeen adik terbaik."

"SELAMAT ULANG TAHUN MBAK KANIA!" Kata Bi Siti, Pak Adis, dan beberapa pekerja di rumah Kania itu.

Kania mengucek kedua matanya seraya tersenyum. Gadis cantik yang kini mengenakan piyama dengan motif kucing itu merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Terima kasih, Pa. Terima kasih semuanya," timpal Kania. Ditatapnya wajah sang papa dan semua orang disekitarnya yang raut wajahnya terlihat bahagia sekali.

"Tiup dulu dong lilinnya. Jangan lupa make a wish," timpal Randy. Kania mengangguk, ia memejamkan mata sekilas untuk berdoa lalu kembali membuka mata dan langsung meniupnya.

"Yeeee," seru orang-orang itu dilanjutkan oleh ucapan doa dari masing-masing orang yang hadir.

"Foto dulu foto dulu," kata Randy yang langsung mengeluarkan ponselnya untuk memotrait Kania dan Sando. Laki-laki tampan itu mengambil beberapa jepretan sebelum akhirnya Kania menyuruh Randy berhenti untuk mengambil foto mamanya yang kemudian Randy langsung memotraitnya lagi.

"Foto bareng-bareng yuk. Selfie aja kita," ujar Kania yang diangguki Randy. Dan yah mereka berfoto bersama.

Namun malam itu Kania sedikit kecewa saat tidak ada notif dari Mahesa. Kania pikir Mahesa akan mengucapkan selamat ulang tahun yang pertama namun ternyata tidak.

[RWS#1] I'M NOT STUPID (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang