I'M NOT STUPID ; 28

2.1K 160 9
                                    

Mungkin mulai sekarang aku bakal lama banget update cerita ini karena lagi sibuk mikirin TA dan tugas kuliah yg lain! Kecuali kalau yg vote dan komen banyak bakal cepet updatenya hehhe

"Ayo dong Feb, elo yang masak. Gue sama Kania mana bisa masak anying, yang ada lo muntah muntah makan masakan kita."

Entah sudah berapa kali Bella membujuk si cewek tomboy itu untuk memasak menu makan malam untuk mereka bertiga. Saat ini, tiga cewek itu sedang berada di apartemen Bella.

Bella memang tinggal sendiri. Kania dan Febby hanya tahu cewek itu tidak dekat dengan keluarganya karena ibunda Bella sudah meninggal sedangkan ayahnya sudah menikah lagi dengan nyokapnya Luna— musuhnya itu. Sedangkan untuk tanya lebih jauh, mereka pikir itu privasi seseorang. Kania dan Febby tidak pernah bertanya melainkan membiarkan Bella bercerita lebih dulu.

"Ye anjir, gue tuh mager. Go food aja kenapa sih! Ribet amat jadi orang," timpal Febby seraya berganti posisi menjadi rebahan.

Bella mendengus. Sahabatnya kenapa susah sekali sih di bilangin. "Gue lempar pakai bantal juga nih anak. Di bilang gue pengen makan masakan elo kok."

"Kania aja yang masak," Febby menunjuk cewek yang sedang melamun menatap luar jendela. Entah lah, mungkin bagi Kania pemandangan kota dan hamparan kemerlap lampu terlihat indah sekali di matanya.

"Tuh monyet satu lagi galau mikirin Mahesa, jangan suruh masak. Lagi good mood aja nggak bisa masak apalagi kalau lagi badmood. Ayo dong Feb, gue laper nih." Bella memasang wajah melas di balik masker wajah yang melapisi wajahnya.

Febby berdecak mendengar Bella yang banyak bacot itu. Melepas earphonenya kemudian cewek dengan celana pendek diatas lutut serta kaos oversize itu bangkit dari kasur dan berjalan menuju dapur.

"Masaknya terserah gue ya. Nggak boleh protes," titah Febby ketika hendak membuka pintu kamar.

"Iya nyet, asal jangan udang. Bisa di bunuh lo sama Kania."

Febby hanya mengacungkan jempolnya lalu sosoknya sudah tak twrlihat lagi setelah ia menutup pintu.

Beralih ke Kania, kini gadis  itu tengah melamun memikirkan Mahesa yang sepertinya marah sekali terhadap sikapnya tadi sore.

Kania  mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes kembali.  Ingatan tentang Mahesa yang tadi sore menatapnya penuh kebencian itu kembali berputar dikepalanya. Kania tahu dirinya salah tapi ia benar-benar tidak bisa menahan perasaan cemburu yang sudah ia rasakan selama berhari-hari.

Memgusap air matanya dengan cepat lalu gadis itu mengambil ponselnya dan langsung chat Mahesa lagi.

Calon Pacar

Aku minta maaf sa

Jangan marah please, aku nggak bisa terima  kenyataan kalau kamu ngediemin aku kayak gini.

Setidaknya chat ku ini kamu read 😭

Mahesa pliss balas pesan ku, dijawab satu huruf aja gpp

Aku benar-benar minta maaf

Aku tahu aku salah tapi aku ngelakuin hal jahat tadi karena aku cemburu sama Shella

Aku sayang sama kamu Mahesa

Tolong maafin aku

Kania menyisir rambutnya ke belakang hingga sedikit berantakan. Mahesa tidak pernah seperti ini. Setidaknya dulu pesannya selalu di baca atau di balas meskipun hanya satu huruf saja. Tapi sekarang tidak sama sekali, padahal cowok itu sedang online.

Bella yang melihat Kania yang sedang kacau itu pun menghela napas panjang. Sepertinya sudah cukup ia membiarkan sahabatnya itu berkelana dengan pikirannya sendiri. Kini Bella berjalan mendekati Kania. Memeluk sahabatnya yang sedari tadi nangis."Udah dong Kan, mau sampai kapan lo terus terusan sedih kayak gini?"

Kania mengerjab terkejut merasakan pelukan yang tiba-tiba. Nggak tahu kenapa mendapat pelukan seperti ini justru membuat air mata Kania kembali membasahi pipi. "Gue takut Mahesa benci sama gue, Bell." Kini Kania benar-benar menangis. Jenis tangis yang ketika Bella mendengar isakannya itu ia langsung tahu betapa sedihnya gadis ini.

"Nggak akan, Kan. Mungkin tadi Mahesa lagi kesel aja terus nggak sengaja ngelakuin kayak gitu sama lo." Ucap Bella seraya mengelus punggung Bella. "Mahesa emang kelihatannya cuek tapi dia nggak jahat, Kan."

"Tapi tadi Mahesa belain Shella. Mungkin dugaan gue benar kalau Mahesa emang suka sama tuh cewek."

"Kalau pun emang suka terus kenapa? Belum jadian kan? Masih di halalkan buat lo berjuang. Nanti gue sama Febby bantu deh," timpal Bella sembari melerai pelukannya.

"Nah tuh nanti gue sama Bella bakal bantu," ucap Febby yang tiba-tiba sudah ada didekat mereka. "Sekarang makan dulu ya?" lanjut Febby.

"Nggak laper," tolak Kania dengan pandangan sayu.

"Ayo dong Kan, dari tadi lo tuh nggak makan. Mau gue aduin ke Om Sando iya?!" Bella hendak mengambil ponselnya untuk menghubungi ayah Kania. Namun Kania mencegahnya dengan memegang lengannya,"Jangan."

Febby berkacak pinggang. "Ya makanya ayo makan."

Kania menghela napas kemudian dengan terpaksa ia menganggukan kepala dan langsunh mengikuti dua sahabatnya itu memuju ruang makan. Hal itu ia lakukan karena nggak mau Bella dan Febby melaporkan keadaannya saat ini kepada papanya.

~INS~

Mahesa mendengus ketika melihat Kania spam chat sedari tadi. Dirinya sama sekali tidak berniat membaca pesan itu apalagi membalasnya.

Bukan, bukan sepenuhnya karena perilaku Kania tadi terhadap Shella. Namun ada sesuatu yang mengharuskan dirinya untuk menjauh demi kewarasannya.

"Balas aja kenapa sih? Pegel kuping gue dengerin tuh ponsel getar mulu." Hendra berujar seraya memainkan bola basket ditangannya.

Saat ini Mahesa, Mahendra, dan Marcell sedang berada dilapangan basket kompeks rumah Mahesa untuk olahraga malam seperti yang biasa mereka lakukan.

"Males," Mahesa memilih mematikan ponselnya itu dan kembali menjadikan kedua tangannya sebagai bantal untuknya menatap langit malam yang tampak gelap. Rasa capek habis bermain basket memang bisa perlahan menghilang dengan rebahan lapangan seperti ini.

"Lo nggak bisa lihat Kania dari sudut pandang lo sendiri Sa, dia baik. Harus berapa kali gue bilang biar lo sadar?" Setelah mengatakan itu Mahendra melemparkan bola berwarna orange itu kepada Marcell.

Dengan cepqt Mahesa menimpali perkataan Hendra. "Harus berapa kali juga gue bilang kalau gue nggak pernah menganggap tuh cewek jahat?!"

"Terus?" Hendra mengernyit namun wajahnya terlihat kesal pada sahabatnya itu. Sebenarnya apa sih yang ada dipikiran Mahesa tentang Kania?!

"Gue cuma nggak suka cewek kasar."

Marcell yang mendengarkan perdebatan itu akhirnya berjalan mendekat dan duduk didekat dua temannya. "Gue rasa itu sebuah bentuk perjuangan. Setiap orang punya cara sendiri untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Termasuk Kania, ya walaupun gue nggak membenarkan apa yang udah Kania lakukan. Tapi yang jelas cewek itu lebih agresif ketika menyangkut seseorang yang mereka sayang."

"Belum apa-apa aja udah merugikan orang lain," sahut Mahesa seraya bangkit dari rebahannya. "Lagian gue cuma nggak mau Kania di cap nggak bener sama orang-orang di sekolah."

Vote dan Comment ya gaes, makasih!

TBC
HaiTaa

[RWS#1] I'M NOT STUPID (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang