I'M NOT STUPID ; 10

3K 216 10
                                    

"Tadi itu yang nolongin bunda namanya siapa, Sa?" Maharani berjalan menghampiri Mahesa yang tengah rebahan di sofa ruang tamu seraya memainkan ponselnya.

"Namanya Kania." Bukan Mahesa yang menjawab pertanyaan itu melainkan Farah, wanita itu datang membawa secangkir teh dan juga sepiring bolu pisang. Farah kemudian menaruh benda yang ia bawa tadi keatas meja lalu mendudukan dirinya di sofa yang lain."Cantik ya Kania? Baik lagi, bunda paling suka tuh sama senyum manisnya."

Mahesa menghela napas pelan, dari tadi bundanya itu tak habis-habisnya membahas Kania.

Maharani tersenyum penuh minat seraya menatap adiknya. "Jadi penasaran deh sama yang namanya Kania. Kayak apa sih? Ada fotonya enggak?"

"Nggak ada," balas Mahesa cepat. Sudah pegel telinganya mendengar nama Kania disebutin mulu.

Farah menatap anak bungsunya itu dengan tatapan menyakinkan. "Kapan-kapan Kania ajak main ke rumah. Walaupun nggak sekelas tapi kamu temenan kan sama dia?"

Memang Mahesa sudah memberitahu Farah bahwa dirinya dan Kania berada di kelas yang berbeda. Cowok berbaju putih dengan bawahan celana training berwarna hitam itu menoleh sekilas menatap bundanya. "Aku nggak mau bawa sembarang orang ke rumah, bun. Apalagi cewek." Apalagi cewek jadi-jadian kayak itu orang, tambah Mahesa didalam hatinya.

"Nggak tahu kenapa bunda langsung suka loh sama Kania. Anaknya sopan walaupun gayanya gaul banget."

Mahesa mengalihkan tatapannya dari ponselnya lalu menatap bundanya dengan wajah sedikit lelah, "Bunnn."

Mendengar nada rendah itu membuat Farah dan Maharani tertawa pelan. Sejak lulus sekolah menengah pertama, Mahesa banyak sekali berubah, termasuk tidak membawa teman yang nggak dekat dengannya ke rumah.

Mahesa merubah posisi menjadi duduk kemudian mengambil bolu pisang yang tadi dibawa Farah. "Kenzie udah tidur kak?" Tanya Mahesa lalu memasukan bolu itu kedalam mulut.

Maharani mengangguk. "Iya udah. Capek dia dari tadi nangis mulu ditinggal bapak sama kakeknya."

Mahesa mengangguk meresponnya. Ayah dan kakak iparnya memang sudah berangkat bekerja sedangkan kakak cowoknya pun sudah kembali ke Bali. "Bagus deh kalau udah tidur. Hendra sama Marcell mau kesini soalnya. Bisa nangis mulu itu anak kalau ketemu Hendra."

Tinggggg.... Tingggg.... Tinggggg

Nah kan baru juga dibicarakan sudah muncul tanda-tanda kerusuhan. Mahesa berdecak ketika bel rumahnya ditekan berkali-kali, ia bangkit berdiri kemudian bergegas membuka pintu utama itu.

"Berisik banget lo berdua!" Cecar Mahesa begitu pintu terbuka dan langsung menampilkan Hendra dan Marcell dengan wajah tanpa dosanya.

"Ya gue kira ni rumah kagak ada orang soalnya tadi gue buka gerbang sendirian," sindir Marcell karena tadi di chatt Mahesa enggan membuka gerbang rumahnya yang tinggi dan berat itu.

"Bacot," balas Mahesa seraya mempersilahkan dua setan itu untuk masuk.

"Jaga omongan mu itu mas," timpal Hendra seraya berjalan masuk.

Tak berapa lama kemudian ia tersenyum melihat Farah dan juga Maharani yang tengah duduk santai di ruang keluarga. "Selamat malam tante dan kakak cakep tapi galak," sapa Hendra seraya berjabat tangan dengan dua wanita itu disusul oleh Marcell.

[RWS#1] I'M NOT STUPID (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang