I'M NOT STUPID ; 54

1.6K 128 24
                                    

"Eh, buset. Nih soal susahnya kagak ada akhlak. Nomer 18 ada yang bisa nggak?"

Kania geleng-geleng kepala mendengar teriakan dari Angga. Di jam terakhir ini kelasnya benar-benar sibuk mengerjakan soal matematika dari soal ujian tahun lalu. Sudah tidak ada lagi jiwa santai bagi anak kelas dua belas setelah pensi kemarin. Pensi yang di gelar selama tiga hari berturut-turut itu menjadi kesenangan terakhir. Sekarang semua fokus pada persiapan try out dan ujian.

"Kania udah nih," Bella menimpali perkataan Angga tanpa mengalihkan pandangannya dari soal.

Perkataan Bella sontak membuat kelas rimba auto menoleh pada Kania dengan pandangan tidak percaya. "Tumben lo Kan, Mahesa yang ngerjain pasti ye kan?" Fikri berkomentar.

Kania memutar bola mata malas seraya mengambil tumblr miliknya. "Enak aja, murni kerjaan gue nih."

"Ajarin gue dong." Angga mendekati Kania dan duduk disamping gadis itu karena Bella satu bangku dengan Febby. "Parah sih lo sekarang, ambis banget asli."

"Gue nggak mau jilat ludah sendiri," Angga mengangguk mengerti, tantangan itu jadi alasannya kenapa Kania berubah menjadi seambis ini.

"Ah sialan. Susah banget nih soal." Bella mencoret kasar buku tulisnya ketika salah menghitung. membuat Angga yang melihat itu tertawa.

"Semangat nyet. Kalau kata Ahong temennya si penulis cerita ini, di tolak universitas adalah patah hati paling yoi dari pada di tolak doi. Iya nggak Mit?" Cewek yang sedang pusing belajar untuk sidang  sembari nulis wattpad untuk update itu menoleh dan mengacungkan jempolnya. "Yoi bos," ujar nya kemudian.

"Nah tuh dengerin, kita tuh pasti lulus tapi cari sekolah lanjutannya yang susah. Makanya semangat." Angga dengan ceramahnya.

"Asiyap," Bella mengangguk-anggukan kepala.

"Tiap hari lo begadang ya nyet? Kantong mata lo sampai kelihatan gitu?" Tanya Angga membuat Kania mengangguk. "Iya, kelihatan banget ya? Padahal udah gue tutupin pakai make up masih aja kelihatan."

"Sampai jam berapa lo begadang buat belajarnya?" Tiba-tiba Fikri datang dan langsung bergabung dengan obrolan.

Kania terdiam seraya berpikir. "Jam dua malam kadang cuma sampai jam dua belas terus tidur dan bangun lagi jam tiga. Nggak nentu sih gue."

Kania membiarkan Fikri menyalin pekerjaannya sedangkan dirinya mengernyit melihat sebuah pesan masuk ke ponselnya dari nomer tidak di kenal.

+628821336
Siap berurusan lagi dengan gue sayang?

Kernyitan di dahi Kania semakin dalam kala membaca pesan tersebut. Namun sesaat kemudian Kania menghela napas— menduga jika pesan tersebut dari Vernando. Ditekannya tombol blokir lalu ia beralih pada Angga. "Gimana lo paham nggak sama caranya?"

"Ternyata gini doang caranya. Paham lah emang kayak lo yang telmi," sialan Angga, benar-benar nggak ada akhlak tuh cowok satu. Sudah nyontek ngatain lagi. "Awas lo tanya gue lagi, pergi sono," cerca Kania. Melihat Kania yang menggerutu itu membuat Angga tertawa seraya menarik surai Kania lalu lari terbirit-birit menuju mejanya.

"BANGSAT LO YA!" Kania melayangkan mistar besi untuk memukul Angga namun cowok itu sudah lebih dulu pergi. Kania menarik napas dalam-dalam mencoba bersabar. Cewek cantik kalem kayak dirinya harus banyak bersabar, batin Kania.

Febby tiba-tiba menoleh ke belakang menatap Kania dengan alis yang di naik turun kan ketika teringat sesuatu. "Btw, Mahesa keren loh kemarin malam."

"Nggak usah di bahas." Kesal Kania. Sejak Mahesa diajak manggung Nathan, pagi tadi banyak cewek-cewek Rajawali yang menyapa Mahesa secara terang-terangan meskipun ada Kania di sampingnya. Cewek itu meletakan pensilnya, memori malam itu masih teringat jelas di kepalanya saat Nathan dengan asal memanggil Mahesa untuk ikut mengisi acara seraya menunggu Last Child tampil.

[RWS#1] I'M NOT STUPID (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang